Minggu, 30 Januari 2011

dari barat jawa

malam ini, dengan secangkir kafein pekat
berusaha memenuhi layar putih di depanku dengan tulisan tentangmu
berusaha mengingat semua -yang tercetak akukamu- yang sudah dimakan rengat
mengingat dan mengingat, dengan kafein pekat. sampai otakku memadat

lalu saat menulis ini,
saat jari jariku sibuk meraba masa lalu,
hidungku malah asik mengingat bau tubuhmu,
wangi yang tercetak jelas di jacketmu,
di kerah kaosmu, di punggungmu, di lehermu, di lenganmu,
di setiap sudut tubuhmu.
bau yang sama yang selalu membuat pori pori hidungku kelaparan,
mencari kamu, mengangeni wangimu, dan setiap memori yang terikat dengan bau tubuhmu
boleh aku simpan? wangimu dalam toples kecil di sudut meja belajarku?
lalu suaramu,
ledak suara saat kamu terpingkal pingkal,
saat kamu menggodaku untuk tersipu lebih merah jambu,
diam dan datarnya saat kamu sedang marah karna masalah,
saat meminta maaf atas keributan kecil diantara kita.
boleh aku simpan? memenuhi seluruh memori telefon genggamku dengan simpanan suaramu?
lalu garis mukamu,
garis garis disamping mulutmu waktu tersenyum jahil denganku,
garis matamu saat dalam dalam melihatku,
garis mukamu saat serius mengobrol denganku,
boleh aku simpan? garis mukamu memenuhi memori kameraku?

lalu jahilmu, lalu senyummu, lalu mukamu saat menggodaku tersenyum,
lalu genggam tanganmu, lalu kepalamu di pahaku saat mengobrol hangat,
lalu kepala di pundakku, tanganmu melingkari badanku menahan dingin,
pelukanmu, manismu, bisikanmu di telingaku,
ah aku rasa kamu sudah menyusup dalam otakku lagi malam ini,
kamu sukses menyusup dalam debar badanku saat menulis ini.

malam ini,
dengan badanku yang dingin berusaha hangat dengan secangkir kopi,
dengan otakku yang dingin berusaha mengingat kamu sampai penuh memori
dengan kulitku yang dingin,
menyusuplah dari belakang badanku, tangan tanganmu, yang lingkari aku
menyusuplah kepalamu di pundakku,
bibirmu ditelingaku,
bernyanyi lagu favoritmu

Sabtu, 29 Januari 2011

Day #17 paman waktu

akhirnya,
paman waktu memberi tahu,
tidak ada yang benar benar ditunggu,
bahwa jantan dan betina ini sama ditipu waktu.
bahwa betina ini, jatuh hati
pada waktu yang dilalui
pada layar yang menari nari
bahwa betina ini, jatuh hati
bukan pada jantan ini
bukan diakhiri dengan patah hati karna tidak diayuni,
di nina boboki
jatuh hati hanya pada cangkir yang diairi
sesimpel akar kering yang melepas dehidrasi dan dihujani
paman waktu,
tunggu aku bersemu,
merah jambu atau biru,
nanti. tunggu aku

Day #16 dari jari lelah

mencium matahari sampai mabuk
memeluk pelangi sampai keram
bertengger di awan sampai kembung
cukup untuk kali ini
dan
mintalah maaf pada hidungku yang tersumbat kedinginan
mintalah maaf pada tulangku yang ngilu membeku
mintalah maaf pada lidahku yang kelu kaku
mintalah maaf pada tanganku yang lelah menggosok lengan sendiri mencari hangat diantara hujan di bumi
aku
menyerah
pada hela nafas ke sejuta yang pasrah

untuk yang menebar bau wangi keroncongan,
tanpa berbagi hangat makanan.
dan aku yang menahan lapar, tidak lagi berharap kau kenyangkan

Kamis, 27 Januari 2011

Day #14 matahari & gadis kelas lima SD

untuk matahari, yang hilang dimakan meriah bumi.

surat pertama untukmu di #30HariMenulisSuratCinta
semoga kabarmu baik dan sehat sehat saja

apa kamu masih setia bertengger di padat jakarta?
itu kabar terakhir yang kudengar berbulan lalu
juga kabar pertama semenjak bertahun kita tidak bertemu

ah, maaf untuk sikap norakku saat pertama kamu menghubungiku waktu itu
ya cuma kamu tau kan, kalau aku sangat sangat sangat haus kabarmu
mungkin aku kangen,
walaupun tidak tahu apa yang harus dikangeni dari cinta anak sd kelas 6
cinta?
aku juga tidak yakin itu benar benar perona merah pipi gadis kecil beberapa tahun lalu,
gadis itu cuma junior yang cuek di sekolah, yang kamu lihat bermain menjadi anak cina di drama musikal perpisahan angkatanmu.
gadis itu cuma junior yang suka melihatmu bermain basket di lapangan sekolah
gadis itu cuma anak kecil yang kau temui malu malu di koridor dan tangga dekat hall makan siang
masih ingat?
lalu terakhir aku melihat bayangan punggungmu bergerak menerobos parkiran dengan baju toga anak sd, dan besoknya kamu baru tahu kalau di paduan suara perpisahan hari itulah terakhir kamu melihat aku juga.

tahun tahun berarian.
aku dan kamu melanjutkan kehidupan yang terus berjalan
dengan seragam putih birumu, dan aku di kota baru.
ah, dan namamu yang selalu aku lacak di situs jejaring sosial.
dengan seragam putih abumu, dan aku yang dibayangi mendung mengabu
aku kangen, mungkin.
kabari aku lagi,
kalau kamu tidak sibuk.

dari aku, yang mengejutkanmu dengan ingatanku

Day #13 Mami

untuk mami yang semakin cantik, tapi pipinya tak kencang lagi

selamat datang mami ke rumah kami, akhirnya.
kenapa akhirnya?
karna kami tidak perlu resah lagi, memikirkanmu tidur dengan siapa malam ini.
karna kami tidak perlu kawatir lagi, memastikanmu sudah makan belum.
karna kami tidak perlu cemas lagi, mengkawatirkan kesehatanmu yang menurun.
karna kami tidak perlu tenggelam dalam gelisah sepanjang malam sebelum mendengar kabar darimu.
sekali lagi, selamat datang.
senang melepas sekarung kangenku denganmu.
hal yang pertama aku lakukan saat bertemu denganmu adalah memelukmu erat.
seolah berusaha mengikat pikiran berat, dan memastikanmu benar benar sehat.
dan hal lain yang aku lakukan setelahnya adalah tersenyum lebar di depanmu,
tak peduli seburuk apa beberapa jam terakhirku sebelum bertemu kamu.

yang pertama aku tata adalah perasaanku, bahwa bertemu kamu kali ini, bukanlah dengan
lelaki bersuara berat tapi ramah dibelakangmu, memanggil namaku.
kamu tentu saja berjalan sendiri, menuju seratus hari tuhan menjemput lelaki itu pulang ke rumahNya.
aku bisa melihat rindu di matamu, yang sama dengan rindu kami semua pada lelaki itu.

sekarang aku benar benar lega permintaanku pada tuhan didengarkan.
setidaknya disudut otakmu yang sembab itu kamu masih berusaha tampak ceria.
kamu masih cantik, dengan rambutmu yang sekarang dipotong sebahu dengan cat hitam gelap.
suaramu juga masih sesemangat dulu dengan senandung senandung lagu keroncong kesukaanmu.
kamu masih ceria, tertawa lebar mendengar aku bercerita.
walaupun badanmu kurusan. lenganmu bergelambir gemukan.
tapi setidaknya kamu tak seburuk yang tak ingin aku bayangkan.

anggap saja ini surat penyambutanmu datang kemari, mami.
jangan pernah takut sendiri, karna yangkung masih setia berjalan bersebelahan, dengan lengan diatas pundakmu, tanpa harus kelihatan.
dia pun takut sendirian, dan melihatmu kehilangan.

peluk cium, cucumu.

Rabu, 26 Januari 2011

belakangan mood saya benar benar seperti roller coster.
sepertinya tuhan dan penduduk bumi sedang iseng mengusili saya terus terusan belakangan ini.
saya capek, jujur. tertawa terbahak bahak, lalu kesal luar biasa dan akhirnya menangis sampai mata berkantung beras 25kiloan pun sekarang bisa.
ah, saya merasa jadi seperti orang idiot. yang dalam waktu singkat bisa berubah mood.
maaf teman teman kalau belakangan ini saya nampak seperti monster menyeramkan.
bahkan menjadi monster untuk diri sendiri yang susah mengendalikan otak sendiri.
seperti kerasukan.
dan untuk sore ini, saya tidak peduli kelihatan seperti anak kecil dan bukan seperti seharusnya seorang anak sekolah menengah atas.
tolong maklumi saya yang sedang dikuasai monster ini.

Selasa, 25 Januari 2011

hargai

di cangkirku kedua malam ini;

pernah kamu merasa harus menangisi apa yang sudah kamu lakukan dan tidak pernah disadari 'orang' bahwa itu nilai plus yang kamu berusaha lakukan dan tunjukan?
tahu kan rasanya saat susah payah menjadi 'anak manis' dan tidak dihiraukan semua perbutan manismu itu?
kadang seperti mau ditelan bumi saja, menghilang, supaya orang sadar bagaimana ada dan tidaknya kita dalam hidupnya.
seperti pepatah, orang akan menyadari betapa berartinya seseorang saat kehilangannya.
itu kan rasanya yang ingin kita tunjukkan pada semesta?
atau mungkin yang gemas kamu lakukan adalah menunjukan betapa kamu begitu baik dibanding orang orang berkelakuan buruk diluar sana, supaya kamu -dengan kebaikanmu-
itu bisa dihargai? iya kan?
dan ujungnya kita malah terlihat kekakan kanakan dengan sikap 'mengunggulkan diri' itu, mencari pembanding yang lebih buruk dibawah kita, lalu mereka akan berkata,
kenapa tidak membandingkan kelakuanmu dengan beribu orang diatasmu yang lebih baik?
dan akhirnya kita tenggelam lagi, tidak dihiraukan lagi, sia sia lagi.
tidak butuh sanjungan.
tidak butuh penghargaan.
tapi tolong, hargai usaha kami menjadi manusia baik.

Day #12 alamat yang sama (lagi)

Maaf untuk kemonotonan suratku ke dua belas ini.

malam ini aku sibuk di depan laptop, memunguti hujanmu di layar ini, mendung.
memunguti hujanmu yang ambigu.
berharap terselip aku disalah satu tetes yang kau jatuhkan.
atau setidaknya, aku kumpulan awan yang dikirim tuan langit menemani kamu bernyanyi guntur dengan tarian angin lebat.

Tapi toh, sampai aku bosan menuliskanmu dalam suratku,
aku masih duduk disini, menyeduh kopi sendiri, menggosok lenganku sendiri yang mulai mendingin.
Membiarkan diri sendiri dibayangi pikiran kosong tanpa tenggat yang tidak pernah kamu perkuat.

Aku tidak butuh kasihan para penghuni bumi, dukungan rumpun rumpun melati, atau hiburan nona nona
pelangi. ini bukan drama nyonya pesakit hati.

Mungkin,
yang aku mau sekarang cuma mengambang, dengan pikiran ciptaan.
Dengan tokoh rekaan, yang tidak kamu gantikan.

dari aku, untuk alamat yang sama lagi

Senin, 24 Januari 2011

Day #11 dari yang tidak mengidolakanmu

Aku tidak tahu siapa namamu.
Cuma sekilas melihatmu di layar tv semalam.
Aku Cuma mau protes.
Film mu tadi malam, yang sekilas aku tonton, membuat aku jatuh lagi.
Jatuh tercebur bayangan otakku sendiri.
Kamu tahu? Tidak mudah keluar dari lumpur penghisap bernama imajinasi ini.
Kamu tahu? Film mu itu membuat mulutku ini lancang berdoa macam macam.
Kamu tahu? Film mu itu membuat otakku penuh lagi dengan hayalan hayalan hitam.
Hayalan yang selalu berakhir mengabu, karna mendung kehilangan putih untuk menuntaskan imajinasi ini.
Kamu tahu? Aku jadi berharap mendung menjelma menjadi kamu seperti di film mu itu.
Bukan masalah tampang.
Bukan masalah kisah romantis.
Aku Cuma mau endingmu film mu, diletakkan di ending kisahku.
Simple kan?
 Dan juga dialog ini
“…..di suatu ujung langit, aku mau mendung tau, aku susah payah melepas gravitasi, berjuang sendiri memutihkan yang selalu mendung abu abukan. Dan pada gelap di suatu sore, mendung sadar, hujannya terlalu kesepian untuk dirintikkan sendirian…”
 aku akan menghafalnya, sampai ending itu mampir dalam sampul terkahir buku ku, tentang dia.

Minggu, 23 Januari 2011

Day #10 yang aku panggil 'nikon'

Kepada yang aku panggil 'nikon'
Belakangan ini, kamu jadi sering mampir lagi ke kepalaku ini.
Meskipun sudah tidak ada interaksi, dan cerita cerita kecil percakapan maya lagi.
Kamu tahu kan, aku suka bertamasya dengan pikiranku sendiri, berjalan dgn imajinasi, mengitari apa yang pernah aku dan kamu lewati.
Aku cuma minta ijin, memasukkanmu ke surat cinta ke sepuluhku ini.
Tanpa maksud apa apa, cuma mau otakku malam ini penuh dengan mengingat dan mengingat semua yang aku tau tentang kamu.
Memasukan manis diantara pahit kopiku malam ini.

Selamat malam.
Sering seringlah lagi mampir ke rumahku, aku berjanji tidak ada curian pupilku lagi diantara kepul seduh kafein kita di beranda rumah. Cerita ceritaku kangen menunggumu mendengarkan.

Dari aku.

Jumat, 21 Januari 2011

Day #8 tidak untuk siapa siapa

Tidak untuk siapa siapa.

Aku kangen.
Seharian ini.
Tidak tau dengan siapa.

Ujung ujung kakiku dingin.
Lenganku dingin.
Pipiku dingin.
Hatiku menggebu.
Tidak karena apa apa.

Aku cuma kangen,
kamu mencairkan dinginku,
membantu menggosok lengan dinginku,
membawakan kopi, menghangatkan lambung dinginku,
dan semua hal yang biasa aku lakukan sendiri.

Aku kangen merasakan kangen.
Tidak kepada siapa siapa.
Tidak untuk siapa siapa.

Atau mungkin kamu mau,
menjadi perapian pembunuh dinginku?
menjadi alamat surat kangenku?
surat ke-30 ku?

siapapun, aku menunggu.

Kamis, 20 Januari 2011

Day #7 Surat dari pluto, untuk mendung.

Untuk mendung, yang menaungi pluto sampai kembung

malam ini,
tiba tiba aku sangat ingin mengirim surat untukmu, mendung.
tiba tiba jari jari dan otakku sangat menggebu menulis semua tentang kamu,
mengisi surat ke-7 ku beralamatkan kamu, mendung.

malam ini,
aku tidak melihatmu dilangit ku, maksudku belum melihatmu lagi.
ketahuilah aku cemas, cemas menunggumu hingga sendi sendiku lemas.
dan kecemasan ini memanas, membakarku tanpa ada pelumas,
melihat kamu yang bersembunyi dalam abu abumu, mengejutkanku dengan membubuhi merah jambu pada ke dua pipi mendungmu.
kamu tahu? aku melihatnya gemas.
karna aku tahu, perona merah jambumu, bukanlah untuk planet yang kau naungi.
bukanlah untuk planet yang kau mendungi selama berpuluh puluh matahari diitari.
bukanlah untuk aku dan planet-ku.
maafkan aku yang tidak bisa berfungsi layaknya pertemanan planet dengan awan kelabu penghujan semak pluto-ku.

malam ini,
aku digerogoti ketakutan.
aku tau pluto-ku tak selamanya akan kau mendungi, sementara waktu menggerakan awan awan lain untuk menjadi mesin penghujan semak planetku.
tapi, aku berharap langit bergerak lebih lambat, dan tidak segera mengantar mesin penghujan lainnya untuk menaungi pluto.
aku berharap kamu betah berlama lama menghujani planet-ku, bersediakah?

malam ini,
aku tau kamu akan menaungiku, semata kewajiban.
kewajiban awan penghujan, menghujani semak dan rerumputan planetku.
ketahuilah, aku akan menikmati setiap rintikmu malam ini, sebelum kepulanganmu,
kepulangannmu ke bumi, dengan rona merah jambu di pipi,
yang sekali lagi, bukan untuk aku dan pluto-ku.
sekian,
dari yang tdk bisa berkata kata lagi, teman penengadah hujanmu,
yang menggandrungi kelabumu. jangan cepat berlalu menaungiku.

"jangan rindukan semak pluto-ku yang kau hujani, dan tarian tuan matahari
dan nyonya pelangi yang ikut berdansa di rintikanmu, dan semua keajaiban
yang bisa kau tonton dalam planetku, pluto"

Rabu, 19 Januari 2011

Day #6 yang selalu semangat mendetakkan detik

untuk yang berdetik di lengan kananku, dan yang tergantung di dinding kamarku

aku menulis surat ini karna sudah kewalahan dengan detikmu yang tidak pernah melambat, sementara aku tidak pernah mengejarmu cepat cepat.
kamu tahu, aku ngos ngosan setiap hari menyeimbangkan langkahku dgn gerak jarummu.
dan, selalu saja, aku tertinggal jauh dari lari arah jam sebelum aku menyelesaikan kegiatanku.
sisanya, karna aku yang tidak bisa masuk irama detik menit jam-mu, aku selalu dibayangi mendung sesal setelahnya, selalu.
memusuhi diriku sendiri karna tidak bisa menghargai kamu.

aku tau diam diam kamu menertawai aku.
aku bisa dengar suara cekikikanmu diantara detak detikmu itu.
iya, aku tau kamu menertawai aku yang pemalas ini, yang hobi mengulur ulur dan membuangmu percuma.
iya, aku tau kamu menertawai aku yang dimakan dunia maya ini terperangkap layar smartphone berjam jam.
iya, aku tau kamu menertawai aku yang menkambing hitamkan segala untuk bebas dari tuduhan pembuang waktu.

aku tau aku pemalas.
amat sangat pemalas malah, belakangan ini.
seperti aku yang baru sibuk berkutat dengan tugas rumah dan segala tetek bengek kehidupan nyata saat kamu sudah menunjuk si sembilan.
sisanya aku tenggelam dalam layar, terbang tidak bertujuan.
hmm baik baik aku tidak akan menyalahkan blackberry pada situasi seperti ini.
ya tapi kamu lihat sendiri kan, aku selalu terburu buru dikejar kamu, waktu.
ah susah sekali rasanya mengikuti langkah jarummu, padahal aku tau, semakin cepat langkah kakiku menyamai ritmemu, akan lebih mudah aku melewati hidup 24 jammu.
ya ya, doakan saja aku jadi serajin kamu yang tidak pernah berhenti mengitari 360 derajatmu itu.
doakan saja mulutku ini tidak terus terusan mengeluh dan menuntut seperti kamu yang tidak pernah lelah berdetik melewati angkamu tanpa bosan.

salam hangat,
dari calon teman peloncat detik penuh semangat.

Selasa, 18 Januari 2011

Day #5 untuk semut semut yang saling berciuman di pagar taman

selamat malam, teman teman.
aku mengirim surat ini sebagai permohonan maaf untuk kalian,
yang sekarang telah mengering dan tersapu di jalanan.

aku merasa amat bersalah, kepada kalian teman teman kecilku.
kalian harus percaya rasa bersalahku ini,
buktinya aku sampai memasukan kalian ke salah satu dari 30 surat surat cintaku kan?

ah mungkin kalian ogah ogahan membaca suratku.
ya aku tau, kalian pasti membenci aku setelah sore tadi.
aku yang biasanya suka mengamati kalian merangkak perlahan,
menghindarkan kalian dari injakan pejalan,
tiba tiba menjelma jadi monster pembasmi dengan semprotan baygon di tangan.
ya ya maafkan perbuatan brutalku sore tadi,
aku pasti tampak seperti lawan kalian tadi kan?
dengan membabi menyemprot jalur dimana kalian sering berjalan,
menghabisi kalian semua dengan semprotan mematikan,
mengitari seluruh rumah, mencari sarang sarang kalian dengan pembasmi di tangan.
bahkan aku cuek saja melihat beberapa diantara kalian mulai menegang mengejang kaku tidak bergerak.
dan satu lagi, aku berharap tidak ada satupun dari kalian yang melihat senyum puas ku tadi,
senyum licik pemain pemain antagonis di sinetron sinetron kejar tayang.

maafkan aku.
kalian boleh mencoretku dari daftar teman.
tapi aku sayang kalian,
seperti aku suka melihat kalian berjalan beriringan di bawah pagarku, menggotong remah makanan dan saling berciuman sepanjang jalan.
tapi tidak salah kan, kalau terkadang aku sebal kalian mengerubungi susu coklat yang ku tinggal di meja?
semut semut kecil,
tiba tiba aku berfikir, apa aku juga akan sebersalah ini?
saat aku harus membuang jauh jauh laki laki brengsek dari hidupku, sebesar apapun perasaan ku?
apa aku harus membuang mereka juga? membasmi mereka seperti aku yang membasmi kalian?
apa aku harus membasmi mereka supaya mereka kapok menggerogoti perasaanku?
seperti aku membasmi kalian supaya kapok menggerogoti muffinku?
ah mungkin aku terlalu bodoh tidak mengiyakan pertanyaan yang bergelayut di otakku sekarang.
aku tau ini tidak adil, membiarkan mereka yang jelas menggerogoti aku tetap bersandar nyaman disampingku,
sementara kalian sudah mati keracunan. maaf.
kalian harus tahu perasaanku yang tidak karuan saat menyapu jejak tubuh kaku kalian di jalan,
juga aku yang harus berjam jam menulis ini untuk kalian.
salam maaf, dari mantan teman.

Senin, 17 Januari 2011

Day #4 jangan muram, perempuan

Kepada yang suka melamun,
dan membenci isi kepalanya sendiri

Hai kamu, selamat malam.
Apa kabarmu?
Masih kah suka tiba tiba melamun?
Masih kah suka berdiam di kamar dengan secangkir kafeinmu?
Masih kah memusuhi isi kepalamu sendiri?
Aku harap tidak.
Aku tau kamu lebih lapang sekarang,
lebih bisa mengontrol imajinasi dan pikiran,
lebih bisa menata perasaan, iya kan?
Aku tau, susah menerima kenyataan
tapi bukankah ini yang kamu harapkan?
Kenyataan yang menyadarkan dan mengobatimu dari dehidrasi penasaran.
Aku tau kamu lelah menerka, maka tuhan mengirim jawaban,
bagaimana? Bukankah tuhan mencintaimu? Tidak ingin melihatmu terlalu lama melayang tanpa tujuan?
Iya, aku tidak menyalahkan protes demi protes yang kamu keluarkan,
aku tahu betul kakimu lelah menari,
selama berpuluh puluh hari.
aku tahu kamu lelah mewarnai,
selama berlusin lusin matahari diitari bumi.
Tapi toh, mau berbuat apa?
Dia tidak mau menjadi jaring ayunan yang mau menidurkanmu dari lelah menari, mewarnai.

Aku tahu,
bahkan kamu ragu dengan yang bergerak dalam rongga dadamu.
Bukankah, kamu cuma takut kehilangan?
Kamu cuma takut tidak ada lagi yang mau mendengar ocehanmu berjam jam?
Kamu cuma takut kehilangan penampung hujanmu?
Tidak usah kau jawab, karna aku bisa mendengar iya dari gelengan kepalamu.

Perempuan,
jangan habiskan dirimu dalam imajinasi otakmu lagi.
kamu tidak mau kelelahan lagi dengan telur pikiranmu itu kan?
berfungsilah sebagaimana mulut otak dan telingamu berfungsi.
berbicaralah sampai kelelahan,
dengarlah dia sampai kelelahan,
tanpa melibatkan perasaan,
dengan berteman antara teman dengan teman, seperti sepasang teman.

Minggu, 16 Januari 2011

Day #3 untuk 50 hari di pertengahan 2010

kepada yg pernah mengisi 50 hari ku dipertengahan dua ribu sepuluh

hai, selamat malam.
apa aku masih harus menanyakan kabarmu, sementara minggu lalu kita masih bertemu?
yaya baiklah, sebagai formalitas surat, aku akan menanyakan kabarmu,
hmm apa kabarmu? sesehat terakhir kita bertemu kan?
jangan tersenyum genit seperti biasa karna aku memasukanmu dalam salah satu dr 30 surat cinta yg kubuat.
ini bukan surat pengungkapan cinta, anggap saja ini surat pertemanan biasa, bagaimana? sepakat?
ah bahkan aku tidak yakin kamu benar2 membaca suratku ini

kamu,
laki laki yang menjadi teman baikku (lagi) sekarang
aku tau, kita memang teman baik dari dulu, maksudku, kamu ingat kan, setelah kita jadi sering jalan
jalan bertiga, aku-kamu-temanku, dengan obrolan obrolan bising diatara suara musik menghentak sepanjang perjalanan dan kita bertiga jadi akrab, setidaknya aku dan kamu
lalu dimulai dengan pesan pesan singkatmu dan kamu yg sangat pintar membawaku masuk
dalam cangkir dramamu, telfon telfon larut malam, insomnia yang sengaja kita ciptakan.
kamu,
yang dengan lihai merubah 50 hari kedekatan itu seperti sebuah ikatan,
dan aku begitu tergantung seperti peliharaan dan majikan,
kamu yang seolah melabeli seluruh yang aku suka dengan ingatan kecil tentangmu,
mentos anggur, converseku, playlistku, kaos kesayanganku
kamu,
yang begitu meyakinkan, tau aku begitu percaya tanpa kita saling terikat hubungan
sampai suatu jumat, yang masih sangat kuingat
kamu ternyata memang sutradara hebat,
kamu ternyata lakon yang hebat,
menciptakan dan memainkan drama begitu sempurna,
menarik aktrismu dan melempar aku menjadi pemain kedua dalam cangkirmu
mungkin setelah itu, untuk beberapa minggu saling diam kita bukan lagi teman dekat.
sekarang,
aku tidak pernah berharap kamu menjadikanku pemain utama dalam cangkir dramamu
aku sudah tidak berhasrat, bahkan kalau kamu benar benar memohon.
aku suka kita sekarang, bercengkrama tanpa beban,
hmm juga dengan sedikit kegenitanmu, yang suka membuatku sedikit tersipu, terkadang, hihi.

sedikit catatan: -ini bukan surat cinta
                       -aku harus menggali bau tembakau di punggung kaosmu saat menuliskan ini, saat pelukan singkat dijalan waktu itu, aku cuma berusaha mengingatnya, bukan terus-terusan ingat

Sabtu, 15 Januari 2011

Day #2 untuk laki laki yg tidak ingin kusebut namanya

untuk selembar kertas penuh coretan dalam mapku
untuk laki laki yang tidak ingin aku sebutkan dr mulutku
surat ini untukmu,
ya tidak perlu terkejut begitu,
aku cuma mau kamu membantuku, menuntaskan surat ini hingga penuh
membantuku mengingat kebaikanmu yang tertimbun minus
membantuku mengingat apa yg pernah aku dan kamu jalani atas nama kita
membantuku setidaknya untuk mengikat emosi erat meninggalkan hasrat untuk mengumpat.
bagaimana?
mau membantuku?

mari kita mulai, ehm, apa kabar?
bagaimana hidupmu saat ini?
semoga tidak sesengsara harapanku
aku tidak tau apa yang mau aku tulis dalam surat ini,
aku tidak tau apa yang aku ingat tentangmu,
pesan pesan singkatmu? sapaanmu? harum kaosmu? obrolan hangat kita dikoridor?
aku bahkan tidak bisa mengingat kebaikanmu dan segala hal hal manis dari kamu

tenang,
aku tidak akan mengeluarkan sumpah serapah dan segala sampah dr mulutku
aku cuma mau kamu tahu kabarku,
segala usahamu untukku sukses berjalan..
kamu,
yg menggentayangi setiap kekosongan mataku
yg menjatuhkan hujan disetiap seduhan kopiku
yg menggerogoti setiap jengkal otakku
yg menghabisi pikiranku
kamu,
yg sukses menghantuiku
membuat aku benci dengan bayanganku sendiri
selama lebih dr tiga ratus enam puluh lima hari

hm, aku tidak tau apalagi yang harus aku tulis,
yg perlu kamu tau, aku masih meminta tuhan menghapuskan lembaranmu dr bukuku,
dan perpisahan yang kita berdua tau,
dan perkelahian, kebencian, sampai sekarang, aku selalu berharap tuhan mengabulkan menghilangkanmu, dr kepalaku.
sekian suratku,
terimakasih membantu menjaga emosiku,
sampai surat ini benar benar kututup.
selamat malam, laki laki yang tidak ingin kusebut namanya

Jumat, 14 Januari 2011

Day #1 Laki laki 10 tahun lagi

Kepada 10 tahun yang akan datang,
kepada laki laki pemalu, yang menunggu waktu menghabiskan bekalku
kepada laki laki pemalu, yang menunggu perutku keroncongan lalu menuju kamu

Hai,
bagaimana kabarmu?
apa kamu sama tidak sabarnya dengan aku menunggu waktu bertemu?
tolong jaga rindumu itu tetap berdegup sampai kita bertemu.
Ah bahkan aku tidak tau namamu,
aku cuma tahu,
kamu sedang menungguku dibawah matahari yg sama,
dalam potongan langit berbeda
Menunggu aku menghabiskan bekal tuhan, sampai kelaparan, dan mencari yang dijanjikan tuhan- kamu yang tidak pernah membuatku keroncongan

Ah aku cuma tidak sabar, menunggu suatu sore sepuluh tahun yang akan datang
dengan kaos hitammu, menyesap kafein dari cangkirku,
dan kita bersandar pada sofa coklat di sudut ruangan sebuah coffee shop, dengan kepala berdempetan,
membiarkan mulut kita diam,
menikmati kepulan asap kopi memenuhi rongga dada kita, merasakan pahit kopi menjalar di kerongkongan kita
Dan kamu, satu satunya dimana aku tidak sungkan diam,
sepanjang jam,
dengan kepala berdempetan, dan mata terpejam,
otak kita saling bercerita asik, 
tanpa harus berisik

Jaga dirimu baik baik ya, sampai kita bertemu,
laki laki ku

Sabtu, 08 Januari 2011

berbagi cangkir

posting pertama.
kosong.

cuma mau mengucapkan selamat datang, pada cangkirku ini.
mari, berbagi dalam cangkir yang sama.
tumpahkan, kafein kafein yang memenuhimu, para teko.
akan senang menampungnya, meracik bersama minuman yang bernama kehidupan.
sekali lagi, selamat datang :)