Kamis, 27 Oktober 2011

tertawa

semesta sudah cukup rumit untuk menertawakan kita,
menertawakan lakumu,
menertawakan raguku,
menertawakan keegoisan,
menertawakan kegilaan,
menertawakan ketidakyakinan,




menertawakan kita dengan nanar.

Rabu, 26 Oktober 2011

lepas

ada yang ingin lepas dan jatuh begitu saja,
seperti daun kering yang digosongkan matahari,
yang diombang ambing angin,
yang ditertawakan pekat tanah,
yang menunggu gravitasi menjatuhkannya dengan lelah.

ada yang ingin lepas dan meledak begitu saja,
seperti gelembung balon yang kau pegang,
dengan karet karet menipis dihimpit udara,
yang memeluk erat sisi sisinya,
yang menunggu udara menerbangkannya bebas atau meledakkannya dengan cepat.

ada yang ingin lepas dan terbang begitu saja,
seperti piaraan yang digantungkan di senja,
dalam sangkar yang memeluk erat,
yang dirayu awan untuk sekedar terbang keluar,
menunggu nasib hingga habis atau terbang dengan kepak terlebar.


ada separuh pundakku yang ingin jatuh,
melepas beban,
melepas ocehan,
melepas tertahan,




menunggui bebas.

Sabtu, 22 Oktober 2011

jamur pada cangkir kopi ku, dan kamu.






tumpuk buku buku prosa usang,

dengan alur seenaknya yang tidak pernah ditamatkan penulisnya,
yang sengaja disusun berjajar disudut rak berdebu.
lalu cangkir kopi kering,
dengan jejak bibir menyisa pada lengkungnya,
yang sudah dingin sejak pesta sore terakhir kita.
dan gelak kosong yang menggema,
bersahut sahut memantul dari bilik kecil ini,
menertawakan sepi yang berubah jamur pada dinding dinding dingin.
lalu balon balon kata yang kosong,
dan tanda tanya tanda tanya yang terbang menggatung dilangit langit,
berusaha tergapai untuk dipecahkan dengan debat hingga larut,
atau bahkan tidak benar benar pecah dan hanya sobek sobek sedikit

bilik kecil dengan rak rak sajak, meja tulis besar dengan kertas kertas berserak, mesin tik tua,
putar piringan hitam dengan sedikit hentak hentak keci sepatuku, atau ayun tarian hujan yang ikut bersenandung, lampu remang dan kepul kopi yang tak pernah habis tercium, dan setumpuk cangkir kotor sisa perbincangan semalam.
perpustakaan imajiner yang terkunci rapat, dan dikunjungi sesekali saat rindu menggebu, pada teman abu kelabu.




(sabtu malam, terlalu banyak kafein, terlalu banyak jujur dan gengsi telanjang, terlalu banyak memutar mian tiara-ini rindu.)

Rabu, 19 Oktober 2011

satu

semoga tulus milikmu mengalahkan ragu, beda, dan memori yang lekat pada lalu.
tuhan bersamaku, dan menaungimu, sembilan belas-ku.

Minggu, 09 Oktober 2011

jatuh, sakit, dan berbahagialah

jatuh, jatuh hati, jatuh cinta.

bukankah kita sudah dibiasakan jatuh sedari kecil?
jatuh dan menangis,
jatuh dengan sepeda roda tiga,
lecet lalu menangis sakit.
lalu tertawa bahagia,
diantara pipi pipi yang masih basah,
saat tubuh lihai mengayuh sepeda jauh jauh.

jatuh.
menyakitkan,
tapi toh ia selalu membawa senyum diantara hangat air yang jatuh sebelumnya,
yang merembes lalu membuat dua pupilmu sembab.


jatuh hati,
menjatuhkan diri pada landas hati yang kita pilih,
sakit,
toh namanya jatuh,
atau setidaknya suatu saat kamu pasti merasakan sakit,
mengapa harus takut?
takut sakit saat kamu memutuskan jatuh?
mereka berpasangan,
jatuh, bahagia dan sakit,
jatuh, sakit, lalu bahagia.
jatuh lalu merasa lihai.

bukankan untuk itu kita hidup?
untuk jatuh dan bersiap siap jatuh kembali,
untuk sakit dan sakit lagi,
lalu bahagia dan bahagia kembali.
lalu lihai untuk melompat jatuh lagi,
terbiasa dengan sakit lagi,
menunggui bahagia bahagia kembali.

bukankah tuhan menjatuhkanmu,
untuk merasakan sedih dan menunggu bahagia yang sepasang,
merasakan bahagia untuk mengobati sedih yang suatu saat datang?

hidup adalah melompat jatuh.
jatuh dari hati satu ke hati lainnya,
supaya punggungmu erat saat bergantung,
sayapmu kuat saat menggelantung,
bergantung dan menggelantung dari bahagia satu dan sesak lainnya.

nikmatilah!

Sabtu, 01 Oktober 2011

minggu, kedai kopi, dan kita


Akan ada saatnya,
di suatu matahari akhir pekan,
kamu tidak perlu jauh jauh jalan kaki,
bersama beberapa tetangga,
atau mungkin rekan kerjamu,
hanya untuk ngopi dan makan sesuap dua suap lumpia hangat,
dan berceloteh tentang berita berita surat kabar,
atau berargumen tentang serangan nuklir,
atau hanya mencari cari kesalahan atas gol gol tim lawan semalam.
lalu pulang dengan bau rokok di kerah bajumu.

Mungkin sesekali kita bisa berjalan kaki berdua,
saat taman kecil kita mulai nampak membosankan,
atau persediaan kopi kita habis.
Kamu dan kaos putihmu, dan
aku dengan rok oranye ku,
tidak perlu serasi karna kerikil jalanan tidak akan mengomentari kita,
tidak perlu ada sepatu sepatu bermerek karena debu trotoar terlalu sibuk
untuk memperhatikan sandal jepit kita.
Lalu kita duduk duduk di kedai kopi hingga siang,
dengan kopi yang sengaja kita habiskan lambat lambat,
tidak ada skor basket dari permainan di layar kaca tadi malam,
tidak ada berita kriminal pagi yang meluncur mengisi obrolan kita,
atau hanya sekedar pembicaraan acara arisan keluarga pekan depan.

Kamu hanya memandangku dalam saat aku sibuk bercuap tentang acara galeri seniku,
dan aku menyembunyikan kerut dahiku saat kamu bercerita panjang tentang proyek bisnismu,
lalu beberapa saat tersenyum bersama saat membicarakan film yang kita tonton berdua kemarin malam.

Tidak ada yang mengganggu kita,
dan mengusir kita, meski piring roti sudah habis sejak beberapa jam lalu,
dan pengunjung sudah berganti ganti sejak pagi, di sekeliling meja kita.


Hidup hanya bercerita yang kita suka,
lalu mendengar apa yang kamu suka,
dan tersenyum bersama pada apa yang sama sama kita suka,
tanpa harus sama persis,
antara aku, dan kamu,

lelaki masa depan.

kita hanya tepat.

Tuhan tidak kemana mana,
saat seorang muram yang lelah pada sendu tulisannya sendiri,
benar benar terduduk dengan lutut abu abu,
terlalu banyak drama yang diciptakan, dimainkan, dengan segala pencitraan yang menggerogoti tengkuknya sendiri.

Dan,
Mungkin kamu yang dikirim Tuhan,
bukan laki laki dengan bintang di kelopakmu,

tapi terimakasih
membangunkanku,
bahwa bintang yang akan tertabur di pupilmu itu bukan karna rumit pikiran kita, dan segala perbendaharaan kata yang awam, atau cangkir yang tersusun sama.

bintang milikmu hanya ada di percakapan sederhana kita,
terus ada di rongga rongga berasap ini,
menyesap hangat,
tanpa perlu keluar dan berbinar dari penglihatanmu.


(mendengarkan SANTAMONICA - the boy with stars in his eyes <3 )