Sabtu, 22 Oktober 2011

jamur pada cangkir kopi ku, dan kamu.






tumpuk buku buku prosa usang,

dengan alur seenaknya yang tidak pernah ditamatkan penulisnya,
yang sengaja disusun berjajar disudut rak berdebu.
lalu cangkir kopi kering,
dengan jejak bibir menyisa pada lengkungnya,
yang sudah dingin sejak pesta sore terakhir kita.
dan gelak kosong yang menggema,
bersahut sahut memantul dari bilik kecil ini,
menertawakan sepi yang berubah jamur pada dinding dinding dingin.
lalu balon balon kata yang kosong,
dan tanda tanya tanda tanya yang terbang menggatung dilangit langit,
berusaha tergapai untuk dipecahkan dengan debat hingga larut,
atau bahkan tidak benar benar pecah dan hanya sobek sobek sedikit

bilik kecil dengan rak rak sajak, meja tulis besar dengan kertas kertas berserak, mesin tik tua,
putar piringan hitam dengan sedikit hentak hentak keci sepatuku, atau ayun tarian hujan yang ikut bersenandung, lampu remang dan kepul kopi yang tak pernah habis tercium, dan setumpuk cangkir kotor sisa perbincangan semalam.
perpustakaan imajiner yang terkunci rapat, dan dikunjungi sesekali saat rindu menggebu, pada teman abu kelabu.




(sabtu malam, terlalu banyak kafein, terlalu banyak jujur dan gengsi telanjang, terlalu banyak memutar mian tiara-ini rindu.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar