Sabtu, 01 Oktober 2011

minggu, kedai kopi, dan kita


Akan ada saatnya,
di suatu matahari akhir pekan,
kamu tidak perlu jauh jauh jalan kaki,
bersama beberapa tetangga,
atau mungkin rekan kerjamu,
hanya untuk ngopi dan makan sesuap dua suap lumpia hangat,
dan berceloteh tentang berita berita surat kabar,
atau berargumen tentang serangan nuklir,
atau hanya mencari cari kesalahan atas gol gol tim lawan semalam.
lalu pulang dengan bau rokok di kerah bajumu.

Mungkin sesekali kita bisa berjalan kaki berdua,
saat taman kecil kita mulai nampak membosankan,
atau persediaan kopi kita habis.
Kamu dan kaos putihmu, dan
aku dengan rok oranye ku,
tidak perlu serasi karna kerikil jalanan tidak akan mengomentari kita,
tidak perlu ada sepatu sepatu bermerek karena debu trotoar terlalu sibuk
untuk memperhatikan sandal jepit kita.
Lalu kita duduk duduk di kedai kopi hingga siang,
dengan kopi yang sengaja kita habiskan lambat lambat,
tidak ada skor basket dari permainan di layar kaca tadi malam,
tidak ada berita kriminal pagi yang meluncur mengisi obrolan kita,
atau hanya sekedar pembicaraan acara arisan keluarga pekan depan.

Kamu hanya memandangku dalam saat aku sibuk bercuap tentang acara galeri seniku,
dan aku menyembunyikan kerut dahiku saat kamu bercerita panjang tentang proyek bisnismu,
lalu beberapa saat tersenyum bersama saat membicarakan film yang kita tonton berdua kemarin malam.

Tidak ada yang mengganggu kita,
dan mengusir kita, meski piring roti sudah habis sejak beberapa jam lalu,
dan pengunjung sudah berganti ganti sejak pagi, di sekeliling meja kita.


Hidup hanya bercerita yang kita suka,
lalu mendengar apa yang kamu suka,
dan tersenyum bersama pada apa yang sama sama kita suka,
tanpa harus sama persis,
antara aku, dan kamu,

lelaki masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar