Sabtu, 10 Desember 2011

waltz muram

gedung tua disudut jalan,
dengan cat merah bata dan lumut dipermukaannya.
hujan dan seorang gadis bergaun hitam,
menunduk dengan baret dan renda hitam menggantung di keningnya,
kakinya mengikuti alun musik gramophone di ujung ruang,
menghentak, berjalan dan berputar ringan,
matanya terpejam dan tubuhnya terus menari,
seperti mengulang mimpi dan mencari bau kopi yang memenuhi ruang berlantai kayu ini,
berputar dan merentang tangan menangkap asap cerutu yang mengabut,
seiring waltz yang terus menyayat hujan,
seperti perkataan pria; bahwa hujan ialah senandung malaikat yang mendoakan kebahagian kita;
lalu mengapa tangisan langit ini turun menggenang sedih antara lalu dan kamu, pria bertuksedo hitam?


(turun bersama hujan dan waltz muram; oleh tika and the dissidents)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar