Selasa, 31 Januari 2012

hari 19: untuk lelaki tampan yang diguguri bunga

sore ini aku melewati gedung besar yang sedang dibangun ulang menjadi sebuah hotel,
kamu masih ingat kan gedung apa itu?
iya, mall kecil yang sering kita kunjungi dulu.
masih ingat kan, hampir setiap akhir pekan, aku selalu cemberut dan minta ditemani jalan jalan,
lalu kamu membawaku ke mall untuk sekedar berjalan jalan, atau main di tempat hiburan.
iya, kali ini aku janji tidak akan membawamu naik lift lagi, aku tau kamu bahkan lebih suka berputar putar naik eskalator bahkan tangga darurat.

kamu menggandeng tanganku saat kita mulai memasuki taman hiburan,
lalu kamu membiarkan aku bermain apapun,
sedangkan kamu lebih suka menunggu di kursi panjang sambil memandangiku.
hingga pada akhirnya aku akan merengek menarikmu untuk membantuku bermain pump, meskipun dengan paksaan, toh akhirnya kamu ikut asik bermain pump bersamaku, tertawa bersama kegirangan.
lalu kita akan sama sama lupa pulang hingga mama menelfon, mengingatkan bahwa hari sudah petang.
ah, kita memang bandel, setelah keluar dari parkiran, toh kita tidak melewati jalan menuju rumah,
kita berputar putar dulu dengan mobilmu, untuk sekedar mencari tukang jagung manis kesukaanmu dipinggir jalan.
tertawa gembira disepanjang jalan, dengan jendela mobil yang dibuka lebar lebar.
lalu karna kelelahan aku tertidur hingga tiba di rumah.

masih ingat dua tahun lalu? saat aku kelaparan tengah malam, bahkan saat kamu sudah bersiap tidur, dengan sedan hitammu kita menembus gelapnya jalanan dan sibuk mencari tukang nasi goreng yang masih buka, lalu makan bersama dipinggir jalan hingga kekenyangan dan justru malas pulang.
atau ingatkah kamu ketika aku dengan bangganya menunjukkan kamera baruku? dan kamu tersenyum senang dan minta difoto saat itu juga.
atau hadiah hadiah kecil saat kita bertemu? kamu yang selalu beranggapan bahwa berapapun usiaku aku tetaplah anak kecil yang girang jika diberi coklat batangan.
bagaimana dengan jogging pagi kita?
atau saat kita menyuci mobil bersama?
ah...


ini sudah setahun lebih kita tidak bertemu.
maafkan aku yang jarang menelfon, kala itu.
bahkan mengirim hasil foto fotoku saat kau minta.
bahkan untuk sekedar mengabarimu, tentang kegiatanku.
surat ini kutulis untukmu,
sekedar membayar hutangku untuk mengabarimu, bahwa aku luar biasa baik sekarang.
aku harap kamu tersenyum senang membaca surat ini saat tiba ditanganmu, lelaki tampan dan tergagah yang pernah aku jumpai.
surat ini aku tulis atas rinduku yang tak akan terbayar bahkan untuk sebuah temu,
pada lelaki tua yang selalu ada dalam hatiku,
yang terbujur kaku diantara tanah dingin dan jatuh bunga kamboja pemakaman.

dengan air menggenang pada pejam mata, dan setumpuk rindu yang terus menumpuk, teruntuk yangkung soekamto, di surga.

Senin, 30 Januari 2012

hari 18: pintu kayu kamarmu

Kamu sudah bangun?
Atau masih sembunyi di dalam selimut menunggu ketuk jariku pada pintu kamarmu?
Ketuk setiap pukul tujuh pagi,
ketuk ribut yang membuatmu menggerutu dan dengan mata mengantuk dan rambut acak acakan membuka kunci pintumu,
dan aku selalu tertawa melihatmu mengomel dan kembali tidur di kasur,
ya, kamu selalu menyebalkan setiap pagi,
tapi manis luar biasa setelahnya.

Aku masih menyusuri jalan menuju tempat tinggalmu.
Mampir membeli roti roti panas, meletakkannya dalam keranjang dan melanjutkan perjalanan.
Aku harap kamu sudah rapi sekarang, dengan kemeja flanelmu, membukakan pintu bahkan sebelum aku mengetuk, lalu kamu mengomel bahwa sudah menungguku lama; seperti apa yang kuucapkan tiap pagi.
Menaiki tangga hijau, dan taman bunga kecil, lalu menyusuri lorong menuju kamarmu.
"Tok..Tok"

Ah, mana mungkin yang aku bayangkan benar, aku benar benar tau kamu tidak akan bangun pagi tanpa ada yang membangunkan.
Entahlah, terkadang aku lebih suka menggaggu tidurmu dengan terus terusan mengetuk pintumu hingga sepuluh menit ke depan, ah tapi sudahlah, aku mau kamu terkejut melihatku tidak menyebalkan pada pagimu, aku akan duduk di meja kayu di sudut ruangan, menyusun roti roti ini, membuat kopi kesukaan kita, dan duduk menunggu hingga kamu terbangun.
Ah bahkan pipiku sudah bersampul merah jambu seperti dress bunga yang aku kenakan.

Aku merogoh kunci dari sakuku.
Kunci yang setelah bertahun tahun ini akhirnya kau serahkan padaku,
yang membuatku luar biasa girang,
bukankah kamu menyuruhku menaiki satu tangga lebih dekat padamu?
masuk dalam kehidupanmu?

Aku membuka pintumu,
masih berantakan seperti setiap pagi yang aku tahu,
hanya........... tidak ada kamu,
tidak ada lelaki tinggi dengan rambut ikal acak acakan meringkuk diatas kasur.
aku berkeliling dan tidak ada tanda tanda keberadaanmu.
hanya secarik kertas coklat yang ditempelkan di kulkas dengan hiasan berbentuk cemara,
"aku ada urusan"
hanya tiga kata.
dan aku tahu tidak ada yang seperti ini selama bulan bulan belakangan.
aku menyusun roti, dan membuat kopi seperti akan ada sarapan bersama layaknya setiap pagi.
lalu keluar, mengunci kamarmu, dan pulang dengan hati menunggu esok pagi.
dan esok adalah pintu yang terkunci untukku.
nyata yang menuntut sekeranjang ikhlas bahwa pintu ini yang membatasi kita.
aku memutar kunciku berkali kali dan pintu tidak juga terbuka.
ketukku hingga lima belas menit tidak mungkin tidak membangunkanmu.
dan seminggu berlalu, dengan sekeranjang roti yang ku taruh di depan pintu kamarmu menjelaskan semuanya.
bahwa tak selamanya, lelaki menyuruhmu benar benar masuk, bahkan saat ia menyerahkan kunci hidupnya di genggam tanganmu. kamu tidak pernah membuka pintu lagi.
bahkan untuk hati yang terlanjur jatuh, sedari kita masih sama sama duduk di bangku sekolah dasar.
tanpa penjelasan



untuk cinta masa kecil, yang tak lagi kecil lagi,
berubah besar, dan menyakitkan.

Minggu, 29 Januari 2012

hari 17: Quando Quando Quando

Tuan,
Tanyakan pada telingaku seberapa lelah ia mendengar alun ini,

Tell me when will you be mine,
Tell me quando quando quando...


Tanyakan pada hatiku, seberapa yakin aku akan bertemu tuan pada suatu rencana Tuhan yang entah kapan

Tanyakan pada komitmenku, untuk menunggu tuan, dan hingga saatnya menghapus lagu ini, saat aku benar benar milik tuan,
tanpa menunggu,

Tuan Masa Depan.


(Quando Quando Quando - Michael Bubble ft. Nelly Furtado is now playing)

hari 16: Surat Pagi yang Tidak Pernah Terkirim

hai,
selamat pagi, selamat senin,
ini masih belum genap pukul setengah tujuh,
apakah kamu sudah sampai di parkiran sekolah?
ya, kamu satu satunya laki laki terrajin yang pernah aku temui,
lebih rajin daripada aku,
hahaha ya bahkan sebenarnya aku tidak rajin sama sekali.
semenjak sebuah hari aku mengenalmu,
kamu selalu membuatku repot setiap pagi,
terburu buru sarapan dan berangkat sekolah hanya untuk bertemu kamu di parkiran, membuat percakapan kecil yang selalu gagal.
ah, sudahlah, lalu sedang apa kamu sekarang?
sudah mulai menyebrang menuju sekolah?
berjalanlah dulu ke kelasmu,
letakkan tasmu, barulah pergi menuju kantin untuk memesan sarapan favoritmu,
tidak usah terburu buru, toh ini masih terlalu dini untuk mendengar bel masuk kelas.
di kelas nanti, cobalah untuk bersemangat sedikit hingga jam pulang usai.
jangan terlalu lama berdiam di sekolah,
ya sebenarnya kamu tidak pernah berlama lama,
baru saja aku berjalan ke parkiran untuk pulang,
mobilmu sudah lenyap entah kemana.
Pulanglah dahulu ke rumah,
jangan langsung menuju tempat favoritmu di ujung kota,
tempat yang hanya aku ketahui namanya,
dan tidak pernah berhenti membuatku penasaran atas tulisanmu yang berkali kali muncul di linimasamu tentang sebuah tempat yang paling damai dari kebisingan tempat ini.
jangan pulang terlalu larut, dan ketahuilah dan camkan, setiap malam sebelum kamu tertidur: kamu tidak harus selamanya merasa sendiri, banyak orang yang menaruh perhatian untukmu, tanpa harus kamu berjalan sendiri, mendobrak kehidupan yang keras dengan cita citamu yang besar itu.

pujilah dirimu karna membuatku menjadi stalker yang hebat atas dirimu.
lalu apa yang harus ku ketahui lagi tentangmu?
kamu suka lagu 'keras' meskipun kamu sering mellow?
kamu masih membutuhkan perhatian dari perempuanmu yang lalu? yang paling mengerti kamu dalam hidupmu yang sepi?

kamu sukses membuatku mengetahui semuanya tentangmu,
bahkan tanpa percakapan yang pernah muncul diantara kita.
dan tidak akan pernah ada percakapan, kecuali pada suatu masa kelak, kita bertemu sebagai orang yang pura pura tidak kenal sebelumnya, memulai semuanya seperti aku tidak tau satupun tentangmu.
kelak.
seperti yang aku selalu yakini,
kita pasti akan bertemu.
dan saat kita bertemu,
aku yakin kamu sudah menjadi orang besar yang hebat.
mulailah perkenalan seperti aku tidak tahu menahu apapun.
mulailah percakapan seperti aku tidak pernah menginginkannya.
lalu ajaklah aku berpurtar putar menyusuri jalanan kota lama,
tidak usah dengan mobil mewahmu,
ajaklah mobil antikmu mengantar kita di bawah lampu lampu jalanan,
lalu berhentikanlah mobilmu diujung kota,
di tempat terdamai yang selalu mengusik rasa penasaranku,
duduklah kita beberapa saat,
dengan kafein di tangan masing masing,
pancinglah aku, untuk menceritakan lebih jauh semua yang aku ketahui tentangmu, lelaki.


*diiringi alun The Stalker - Adhitia Sofyan*

Jumat, 27 Januari 2012

hari 15: big brother complex

hampir tiga minggu dan saya sangat menikmati ini,
ya sebenarnya tidak benar benar nikmat, tiga minggu ini berat,
tapi bukankah karna berat itu tugas kita menikmatinya semakin kuat?
dan saya sedang melakukannya.
maafkan kalau surat surat saya tahun ini lebih banyak menceritakan tentang mutasi dan kehidupan baru disini, saya hanya merasa saya harus mengurangi tekanannya dengan menumpahkannnya sebagian pada layar kosong ini.
berbagi itu membuat beberapa menjadi ringan bukan?
dan alasan selanjutnya adalah, saya rasa hidup saya pantas saya kirimi surat cinta bahkan berpuluh puluh kali, karena ia sudah bekerja begitu luar biasa akhir akhir ini.

dan hidup sendiri -meskipun ada mami (nenek)-disini membuat saya harus bermetamorfosis seperti baja, menangkal semuanya sendirian, maju ke depan dan menghalau semuanya dengan tangan sendiri.
dan di beberapa keterbatasan, saya merasa saya mulai mengidap big brother complex.
toh sekuat kuatnya saya berdiri dengan kaki saya sendiri, ada beberapa hal yang tuhan tidak menginginkan saya turun langsung menghadapinya. memang keterbatasanlah yang hanya bisa mengunci kita untuk tidak lari menjadi angkuh sendiri kan, bahwa kita masih membutuhkan orang lain, se-survive apapun kita.

I'm so lucky to have u.
iya, ini bukan surat cinta yang harus kamu baca sambil bersimpul merah jambu di ujung ujung pipimu.
ini hanya surat terima kasih, sebesar besarnya, atas kerepotan dan keberisikan yang menggaduhkan hidupmu. kamu boleh GR saat membaca surat ini, karna saya tau kamu akan mampir mengunjungi blog saya untuk membaca baca, dan kali ini surat yang kamu baca untukmu, benar benar untukmu dengan rasa terima kasih yang besar.
mungkin keningmu berkerut saat membaca barisan tulisan ini, mungkin agak berlebihan, dan aka ada tawa mengejek bagaimana saya bisa begitu manis menulis surat terima kasih ini untukmu.
tapi ini kenyataannya, saya tidak bisa menghandle semua urusan disini sendirian, pun hanya untuk sekedar bertanya tanya, terima kasih untuk tetap disana, dan menjadi kepercayaan mama.
kita akan selalu menjadi teman yang baik.

dari temanmu yang berisik dan super cerewet.

Selasa, 24 Januari 2012

hari 11: sekeranjang rindu, pekanbaru

untuk yang memayungiku dan menahan pijakku, dua setengah tahun kemarin.

ini memasuki sebulan aku keluar dari atmosfer bersahabatmu, pekanbaru.
terlalu banyak cerita yang tertulis dalam bentang jalanmu, tinggi gedung dan megah langit berasapmu, tentangku, tentang hidupku beberapa tahun dalam lingkupmu.
terlalu banyak tawa yang menggema disudut sudut jalan, peluk hangat yang membayang dibawah lampu lampu jalan, dan senyum mengembang teman teman tersayang yang terlalu banyak bahkan untuk kusimpan dalam memo otakku.
nyaman, dan seperti yang waktu yang telah berjalan, aku tidak akan berlama lama disini,
kaki ini harus terus berjalan, seiring waktu yang terus berkurang,
kakiku harus segera melangkah, dari erat zona nyamanmu, melanjutkan hidup di tempat tempat luar biasa lainnya, memulai tawa baru, senyum baru, dan semangat baru.
bukankah kenyamanan itu bisa terkadang menenggelamkan kita dalam kemonotonan?
aku menikmati hidupku,
berpindah pindah, dan terus belajar,
memulai dan memulai,
lalu mengakhirinya dengan perpisahan manis.
terima kasih, atas dua setengah tahun yang menyenangkan,
kamu dan atmosfermu yang selalu kurindukan.

Kamis, 19 Januari 2012

hari 6: dialog imajiner

kata seorang teman yang membaca tulisan tulisan ku,

"dilihat dari tulisanmu, kayanya ada sepotong hati yang ketinggalan ya disana?"

celetukan bercandaan yang diikuti tawa kecil.

ah, pertanyaan yang juga spontan aku jawab ngelantur.
diikuti diam.

diam yang panjang, lalu dialog dengan diri sendiri.
memungut jujur yang bersembunyi terlalu jauh dalam badanku.
entah mengapa, ego dan pencitraan yang selalu menekannya semakin jauh mengisi tepi tepi tak terjangkau dari hatiku.
jujur yang semakin tak terdengar, dan tak terbaca dengan kepekaan yang menipis,
lalu setelah dialog lama ini ia perlahan lahan keluar,
jujur menceritakan hati yang lama tak kusapa dengan obrolan seperti ini,
ah sepertinya aku mulai menjadi pemilik raga yang sombong,
ia duduk dan menyeruput teh melatinya,
mulai bercerita dengan aku yang menatapnya tak sabaran,
lalu yang terdengar hanya helaan nafas,
bukan jawaban yang aku harapkan dari perbincangaan ini,
lalu ia menatap dalam, dan aku gelisah sambil mengalihkan gugup dengan mempererat cengkramku pada cangkir keramik putih dipangkuanku,
meminum kafein yang hampir habis di cangkirku,
"coba pejamkan matamu, istirahatkan otakmu, kamu terlalu serius belakangan ini, hingga tak pernah lagi mau mendengar suaraku."
mataku memejam,
mengikuti jujur yang memulai ceritanya, cerita yang tak pernah (sempat) aku dengar.


lama dan lalu ia beranjak pergi dari duduknya,
hilang begitu saja menyisakan aku yang mulai membuka mata.



ah,
mungkin memang ada hati yang tertinggal disana,
di pekanbaru atau di solo atau entah dimana,
ada hati yang perlu dibereskan,
diangkut bersama kardus kardus barangku kesini,
ke kota baru,
memulai hari baru dengan hati yang baru.

Rabu, 18 Januari 2012

hari 5: pendewasaan tuhan, pada kita

berterima kasihlah karna tujuan alamat surat ini untukmu,
untuk ke dua kalinya.
akan selalu ada surat untukmu di setiap tahun #30harimenulissuratcinta
dan yakinlah, tidak ada yang perlu kamu banggakan atas surat ini yang datang lagi kepadamu.

ini bukan surat cinta, percayalah.
ini hanya segenggam terima kasih, dan sedikit demi sedikit hati yang meluruh maaf karna waktu.
bagaimanapun, kamu pernah menjadi pendewasaku yang dikirim tuhan.
dan kita tidak bisa memilih selain menjalankan garis ini sampai dimana kita lelah dan berhenti.

aku tidak akan memenuhi surat ini dengan nostalgia akan kita,
toh bukan itu tujuan surat ini ku kirim untukmu,
aku hanya ingin memberikan sedikit kelegaan pada hidupmu,
bahwa tuan waktu telah menjatuhkan sedikit amarah dan mengalirkan pengampunan untukmu,
pengampunan yang meringankan, pun untuk hidupku,
hidup terasa lebih berat saat karat karat amarah hati masih mengandap bukan?
dan hidup harus terus berjalan dengan ujian ujian tuhan yang terus bergerak maju,
menyerangku untuk melewatinya,
dan ku anggap masalah lalu juga tanjakan tuhan untuk mendekatkan ku padanya,
dan aku berhasil melewatinya.
pendewasaan bisa datang darimana saja,
pun dari seorang adam tak terduga yang menoreh brengsek yang dalam untuk hidupku.
terimalah kelegaan perbuatanmu,
kamu ku ampuni,
sedikit demi sedikit,
untuk keringanan masa depan yang terus merangkul kita meninggalkan lalu sebagai pelajaran dariNya.

nb:
mungkin surat ini akan terbaca emosional untuk selain kamu,
dan tuhan, dan kita yang mengetahui.

Selasa, 17 Januari 2012

hari 4 : ke-sok tau-an mengenai hidup

teruntuk akun bernamakan rahneputri,
ini selembar kertas 'maya' yang harus aku penuhi dengan surat cinta bertujukan selebtweet.
lalu begitu saja saya ingin mengalamatkannya untukmu,
menulis namamu disampul surat ini, dengan prangko bergambar burung merak disudut kanannya.
salam kenal, dariku.
mungkin surat ini terkesan sok akrab, karna bahkan kita tidak betul betul saling mengenal,
hanya aku yang berada pada salah satu baris followersmu, dari sekian ribu orang yang mengikuti baris kata mayamu.
anggaplah ini sebuah sok kenal dari saya, tashafairus.

ini adalah surat cinta yang gagal.
karna kenyataannya saya hanya ingin menulis isi pikiran saya, dan ingin saya tunjukkan untukmu.

saya ingin menikmati hidup, seperti sekilas linimasamu yang saya ikuti.
rahneputri yang enjoy dengan kehidupannya, ditengah berbagai beban.
ah, beban memang selalu mengikuti mahluk mahluk tuhan, karna kita tercipta sebagai pendaki gunung bukan,
memecah batuan demi batuan masalah, untuk menjadi pijakan yang mengangkat kita lebih tinggi menuju puncak, menuju puncak dakian kesuksesan yang tidak terbayangkan.
kesuksesan juga tak melulu karir.
toh hidup ini punya banyak gunung batu kesuksesan yang siap didaki.
kesuksesan hidup, kesuksesan menikmati hidup sebagai ciptaan tuhan yang sempurna.
seperti yang sedari kecil guru guru berkata bahwa sesuatu yang dikerjakan bersama akan terasa lebih ringan.
mungkin juga hidup. dalam memecah tiap batuan masalah untuk tangga pijakan jari jari kita menuju kesuksesan hidup, bukankah tuhan menciptakan manusia berpasangan, hanya saja dua keping puzzle ini diacak tuhan untuk kita nikmati pencarian masing masingnya.
hanya dalam jalan menuju kepingan puzzle, tentu banyak keping keping palsu yang diletakkan tuhan sebagai ujian kejelian kita. ujian ketajaman naluri kita.
saya single.
atas pilihan dan keputusan saya.
sampai kaki ini berhenti pada keping puzzle pasanganku.
dan saya menikmati permainan tuhan ini.
meski dalam persimpangannya banyak keping keping tipuan,
ini pilihanku untuk mendekatkan tepi tepiku mengukur kesesuaian lengkung kami,
atau hanya acuh dan mengandalkan naluri untuk tetap ke depan.
hidup terus berjalan, seiring tapak kaki ini tiap detiknya mungkin semakin dekat dengan keping yang hilang.

saya single dan menikmati hidup, menikmati setiap liku dan gegap gempita skenario tuhan,
dengan jalannya sendiri memecah batuan kesuksesan, sampai ada sepasang tangan titipan tuhan yang membantu menapak gunung keberhasilan hidup ini.


semoga saya semenikmati kehidupan layaknya kamu, rahneputri.

Senin, 16 Januari 2012

hari 3: tamat

kepada lelaki dengan kepala besar dan hati yang terlalu kecil tidak proposional.

mungkin seharusnya ini menjadi surat terpanjang dengan seri lanjutan pada surat surat berikutnya.
karena sepertinya jari dan otakku terlalu bersemangat menceritakanmu yang tak pernah tamat.
selalu ada sudut yang bisa aku salahkan dari jejak tapak kakimu, gerak tanganmu ataupun buih otakmu.
selalu ada celah yang bisa aku buat karangan aksara tentang betapa rumitnya menyikapimu.
tak peduli waktu bahkan sudah mengabukanmu berdebu disudut jam pasirku, toh kamu masih sering usil merayap masuk kembali kedalam rongga otakku dan memainkan peran semaumu.

tapi sayangnya tuhan berpihak padaku.
mungkin ia pun bosan melihat kakiku yang masih sibuk berputar dalam lalu.
entah bagaimana, aku memutuskan untuk berhenti menulismu.
berhenti bermain di taman waktu yang membawaku ikut berdebu.
mungkin langkahmu kecil, tapi aku sudah berjanji pada baris aksara hitam di depanku,
tidak akan ada lagi susunan huruf ini melarutkan aku padamu,
bagaimanapun caranya,
bagaimanapun usahanya,

terima kasih, atas sikap kecilmu yang membekukan jari untuk berhenti memainkan aksara untukmu.
tertanda, aku.

Minggu, 15 Januari 2012

hari 2: teruntuk anak nakal

ini baru hari ketiga tanpa teriakan teriakan berisikmu,
atau tawa tawa jahilmu,
tapi rumah sudah begitu sepi.
dan kamu melanggar janjimu,
sudah beratus ratus kali kubilang,
betahkan telingamu sebentar menerima suaraku diujung gagang telfon yang menanyakan kabarmu,
tapi tetap saja belum sampai lima menit kamu sudah lari entah kemana
menyisakan suara mama yang kebingungan dengan lemparan telfon tiba tibamu.

ah, pertengkaran kita setiap hari sepertinya sudah menjadi salah satu rutinitas hidupku setelah makan, mandi, dan sekolah.
dan seperti kamu tau, rutinitas yang menahun ini terlalu mendalam membekas dikeseharianku sehingga saat hariku damai seperti sekarang ini tanpa kita saling mengusili jadi terasa sepi.
ah, terlalu banyak rindu yang harus kutulis,
dan aku yakin kamu tidak akan betah juga lama lama membaca barisan kata kata ini,
yang harus kamu tahu, aku sayang kamu,
senakal dan semenyebalkan apapun kamu,

jaga dirimu baik baik,
dan jangan menangis merepotkan mama setiap bangun pagi,

dengan rindu yang meluap,
kakak perempuanmu.

Sabtu, 14 Januari 2012

hari I: Gadis Separuh

selamat sore mendung, selamat sore gadis separuh.
iya kamu, yang sedang mengetik barisan aksara hitam kaku dihadapanmu.
apa kabarmu sore ini?
mungkin terdengar aneh sapaan ini, setelah sekian lama kita saling acuh meski menempati raga yang sama.
hidup terlalu keras belakangan ini.
terlalu banyak hati yang harus dimampatkan untuk tidak ditangisi berbagai perpisahannya.

tuhan terlalu ambisius untuk mendewasakanmu nampaknya,
mendewasakan kita,
dengan skenarionya untuk menghidupkanmu terpisah dan belajar meniti semua sendirian.
mungkin akan banyak peluh pada awal yang kita mulai ini,
tapi seperti enam belas tahun dunia yang sudah kita lewati,
awal yang berat selalu berakhir baik kan?
percayalah,
ini hanya masalah waktu,
dan kita bisa melaluinya,
tanpa kamu harus merasa sendiri,

selalu ada teman untukmu berdialog,
aku, sahabat seragamu dan tuhan, dalam nadi kita.


jangan berubah muram, gadis separuhku.

Jumat, 06 Januari 2012

acak

mungkin tuhan kita menyusunmu terlalu rumit,
dan gadis kecil dengan kening berkerut menyempurnakan puzzle acak kamu sebut aku,
tidak ada sempurna dengan satu keping penutup yang kamu simpan,
yang sengaja disimpan,
agar puzzle ini tidak pernah selesai,
tidak mau selesai,

pada kita.