Rabu, 08 Februari 2012

hari 25: jalanan tua

Gelap selalu meniduriku dengan tak sopan,
membiarkanku mengering dingin menunggu hangat sapuan tuan matahari pagi.
Tapi aku tak pernah mengutuk gelap malam,
karna pagi selalu mengantar simpul senyum pada bibir kakuku.
Mengirim kamu.
Dan untuk itu aku tidak pernah lelah menghitung gonggong anjing malam,
yang menyalak menghitung mundur bangun mentari.
menunggui pagi kembali, menunggui kamu menoreh kuas merah jambu pada pipi kasarku lagi.

Mungkin kamu sama seperti pejalan kaki lain,
Hanya,
aku suka sepatu kets pudarmu,
kaos putihmu,
senyum lebarmu saat matahari mecium pipimu sedikit demi sedikit.

Mungkin kamu sama dengan pejalan kaki lain,
hanya,
aku suka mendengar nafasmu sepenggal sepenggal,
merasakan satu persatu tapakmu melahap jalanan tua ini.

Mungkin kamu sama halnya dengan pejalan kaki lain,
Hanya,
aku suka caramu melewati jalan ini perlahan,
mengisi setiap kosong bayanganku yang menimpa debu jalanan.

Mungkin kamu memang benar sama dengan pejalan kaki lain,
yang dikagumi aku,
sebatang pohon tua yang muluk muluk,
yang mencintaimu diam diam dari sela bebatanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar