Sabtu, 14 Juli 2012

sepenggal

seorang wanita tergeletak kaku di trotoar jalan.

beberapa waktu lalu; wajahnya pucat. matanya kosong menatap gemintang di atasnya.
malam sudah terlalu tua dan menghitam, seperti bongkah hatinya yang mencuat dibalik dadanya yang sobek.
pipinya dimakan angin dingin, bibirnya melengkungkan separuh senyum, senyum datar yang hanya tuhan dan ia serta seorang pria diluar sana yang tahu artinya.
badannya kurus tersapu debu jalanan petang.
dibungkus selembar kain ia meredakan liar udara malam yang merasuki rongga tubuhnya.
tangannya saling memeluk, kuku kukunya kebiruan menahan dingin angin.
kakinya tak beralas merabai langsung kasarnya aspal jalanan, dan getar kendaraan lalu lalang.
ia duduk di trotoar jalan.
tepat di bawah lampu jalanan yang membentuk bayangannya terinjak injak pejalan yang lalu lalang.
ia merintih setiap bayangannya terlewat begitu saja diatas trotoar jalan oleh orang orang.
terlewat cepat seperti masa lalu yang tak diharapkan si empunya.
ia merintih.
    "apakah aku salah satu bayangan yang tidak kau harapkan?"
    "apakah aku salah satu masa lalu yang harusnya tak kau lalui dan menjadi lalu?"


wanita ini merintih.
udara semakin dingin. malam semakin buas. orang orang semakin cepat melalui trotoar dan menginjak injak
bayangannya di tanah aspal.
badannya terhuyung.
mulutnya merapal doa. lalu ia terjatuh begitu saja, tergeletak membiarkan lelah mengalahkan dirinya atas usahanya
menunggu seorang yang sedari tadi tak muncul barang sekejap.
    "aku ingin kau datang, menyaksikan tubuhku biru menunggumu mengampuni masa lalumu."
    "aku hanya ingin diampuni, sebagai masa lalumu."
------

sementara itu,
seorang wanita keluar dari sudut gelap malam. ia sudah berjam jam menunggu dan tubuhnya hampir beku digerogoti angin malam.
ia berlari menuju trotoar di sebrang jalan setelah memastikan seorang terbunuh pilu disana. ia mengamati wanita yang sedari tadi dia amati,
dari semak tergelap yang dimiliki malam untuk menyembunyikannya.
wanita ini tersenyum getir.
    "aku mengampunimu, masa laluku."
sertamerta beban di pundaknya mencair.
perlahan ia membalut bongkah hati menghitam pada jasad di sampingnya.
tak lama badannya terhuyung,
ia terlalu lelah bertarung dengan waktu, menunggu. menunggu masa lalunya mati terbunuh sesal dan kesia siaan seperti ia dulu.
ia merapal doa,
lalu jatuh di samping masa lalunya, yang sudah menjadi mayat, mati karna menyesal menjadi riwayat.


disitu, seorang wanita tergeletak kaku di trotoar jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar