Sabtu, 11 Agustus 2012

hutan kecil pada hatimu


pagi masih terlalu dini. matahari masih terlalu pemalu. awan masih menyelimuti langit membiru.
rumput masih basah. dedaun masih mengembun dingin. pepohon masih menyaring berkas cahaya matahari.
gaun putih. kaki telanjang. rambut setengah basah. dan seorang gadis tergopoh gopoh berlari membelah pagi.
napasnya tak teratur. jantungnya berdebar lebih cepat dari derap langkahnya. keringat menyusuri setiap lekuk tubuhnya, deras seperti rasa gemas yang menguasai tubuhnya.
gadis ini berlari sekuat tenaga. kaki telanjangnya ia hempaskan begitu saja pada rerumput lembab. rambut terurainya ia biarkan terdesak angin pagi menggigil. matanya fokus mencari celah pepohon yang memungkinkannya keluar dari hutan ini.
ia benci tempat ini. pohon pohon menjulang hanya menutup hangat matahari. daun daun basah hanya menampung air mata air mata penghuninya. rerumput lembab ini hanya membuat rusuknya semakin dingin.
ia berlari lebih cepat. ia tidak ingin terjebak disini terlalu lama, tersesat dan menjadi penghuni hutan ini, hutan berisi langit mendung, berpenghuni gadis bermata sembab.
ia terus berlari, meski lelah sudah membiru di permukaan tubuhnya.
ia berusaha mencari tempatnya terjatuh pertama kali di tempat ini. di suatu senja yang menyimpan rahasia. di suatu sudut hutan ini, tempat semua gadis tak tahu apa apa dibuang langit hangat dan disesatkan pada dingin hutan sepi.
ia dulu mengira ini bukan tempat yang buruk. dijatuhkan langit dengan bekal mawar berduri segar, yang pada akhirnya deduri itulah yang menusuk dirinya sendiri. ia dulu mengira ia bisa bertahan dengan tabahnya, yang pada akhirnya lelah dari tabah itulah yang memukulnya babak belur berair mata. ia dulu mengira ia bisa keluar dari hutan ini dengan mudah, namun bagaimana bisa jika setiap jengkal hutan ini menariknya paksa untuk mencandu memori terus menerus hingga mabuk?
ia terus berlari.
mencari jalan keluar,  terbebas dari hutan kecil pada hati lelaki-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar