Sabtu, 29 Desember 2012

hidup

hidup  menyajikan cangkir cangkir kecil di meja di hadapan kita.
semuanya berisi kopi dengan takaran yang berbeda.
semuanya harus kita cicipi, satu persatu,
dari racikan terpahit, terlalu kental hingga yang terlampau manis,
hanya untuk menemukan secangkir kopi terbaik kita,
dengan takaran yang pas,
yang akan kita nikmati setiap teguknya lambat lambat.
dan saya dalam masa kelu,
lelah mencicipi satu persatu,
lelah membuang bercangkir cangkir kopi tak tepat sebelum menemukanmu.

Minggu, 16 Desember 2012

nowhere end


kalau tuhan menuliskan ini sebagai sebuah perjalanan,
maka saya ingin melambatkan laju kendaraan kita, membuka jendela lebar lebar, menyetel musik kencang kencang, menertawakan kebodohan masing masing,
berhenti di tempat tempat yang kita suka, turun dari mobil dan berjalan kaki telanjang setiap melewati tanah rumput lapang, bernyanyi sumbang, menari kecil di bawah hujan,
kalau tuhan menuliskan ini sebagai sebuah perjalanan,
akan banyak sumpah serapah di tepian jalan dari mulut orang orang,
juga hardik jam pasir yang kita acuhkan detik menitnya,
kalau tuhan menuliskan ini sebagai sebuah perjalanan,
maka saya ingin kita melalui jalan jalan yang salah,
tersesat bersama,


karena saya menikmati perjalanan ini,
tanpa mau menebak dimana tuhan memberi kita alamat,
memberhentikan perjalanan ini, menjadi tamat.

Sabtu, 15 Desember 2012

abu abu


seperti cangkir kopi yang terkadang kau buat amat manis karena harimu terlalu pahit,
seperti realita yang kau basahi gerimis karena mimpi terlalu kering untuk saling mengapit,

malangnya aku bukan sendok gula yang bisa kau takar untuk cangkir harimu,
bukan juga persimpangan jalan yang bisa kau pilih untuk melintas sesukamu,

karena hujan masih terlalu awal untuk kuyup,
karena pagi masih terlalu dini untuk digelapi malam,
karena rongga ini terlalu abstrak untuk kau tebak ronanya,
berhati hatilah pada semburat hitam dan putihku yang siap mengabu abukanmu, telak, tuan.

Jumat, 14 Desember 2012

hari tanpa judul


udara sedang hangat hangatnya, dan yang diinginkan sepasang kaki telanjang hanya berlari kecil mengejar matahari yang hampir ditelan tuan lautan, bersama sepasang kaki tegap lainnya.
tertawa keras keras, melakukan hal hal bodoh hingga puas,
dan menarik mundur lembar langit sore agar hari yang tak ingin kau beri judul ini tidak pernah berhenti, bahkan berganti gelap dan dingin seperti bermalam malam sebelum ini.

Sabtu, 01 Desember 2012

dongeng

saya benci pendongeng yang hidup dalam diri saya sendiri.
ia tidur nyenyak dalam rongga kepala saya.
sebisa mungkin saya menjaganya tidak terbangun, karna kamu tau?
setiap dia terbangun, tidak ada waktu yang tak dihabiskannya untuk 'menguasai' diri saya dengan dongeng dongeng awannya. memantrai otak dan hati saya agar kusut lalu tunduk pada cerita cerita bualannya.
hingga saya tidak bisa membedakan,
mana kamu mana rekaannya,
mana ceritamu mana karangannya,
mana kenyataan mana dongengan,
meskipun saya tau, pendongeng ini hanya ingin menabur bahagia yang tidak saya dapat realita,
tapi bisakah kamu menidurkan pendongeng ini untuk berhenti menggerogoti diri saya sendiri, setelah kamu sukses membangunkannya, tuan?