Sabtu, 15 Desember 2012

abu abu


seperti cangkir kopi yang terkadang kau buat amat manis karena harimu terlalu pahit,
seperti realita yang kau basahi gerimis karena mimpi terlalu kering untuk saling mengapit,

malangnya aku bukan sendok gula yang bisa kau takar untuk cangkir harimu,
bukan juga persimpangan jalan yang bisa kau pilih untuk melintas sesukamu,

karena hujan masih terlalu awal untuk kuyup,
karena pagi masih terlalu dini untuk digelapi malam,
karena rongga ini terlalu abstrak untuk kau tebak ronanya,
berhati hatilah pada semburat hitam dan putihku yang siap mengabu abukanmu, telak, tuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar