Rabu, 23 Januari 2013

'home' sick

saya benci ketika semesta berkonspirasi mempertemukan lagi ingatan pada kehilangan kehilangan yang saya sengajakan, dengan sebuah kebetulan,
seperti suatu senja dan hujan hari itu,
saya benci dan mengutuk diri saya sendiri, ketika harus jatuh lagi pada palung laut matamu, mata yang paling saya hindari pada setiap tatap,
dan segala tumpah ruah memori yang deras menghujan,
tepat setelah saya susah payah membangun tembok tinggi diantara keinginan dan kenyataan.
entah.


mungkin saya butuh lebih banyak hujan,
untuk melunturkanmu, ingatan dan kenangan.

Senin, 21 Januari 2013

{rehat}


tuhan terlalu cepat menyuruhmu masuk dalam roda waktuku,
sesederhana itu aku menyuruhmu menunggu di depan pintu diamku.

tanah lapang

kepalaku masih sedikit basah,
hujan mengguyur terlalu deras belakangan,
dan setapak kakimu masih membekas dalam,
meninggalkan becek bekas larianmu bermain hujan.
kepalaku masih sedikit basah,
persis seperti tanah lapang yang kita lihat sore itu,
tanah lapang dengan sedikit rumput basah karena gerimis semalaman,
meninggalkan dingin dan genangan air mata awan,

mereka; lapangan dan otakku sama sama lengang.

gemamu masih terpantul pantul di bilik kepalaku,
dan setapakmu hanya menunggui hilang ditiup debu,
lalu yang bisa disimpan dari kita hanya setoples kecil kenangan,
kuletakkan mereka di sudut lemari pajangan,
sebagai pelajaran untuk tidak menjatuhkan peluk serampangan, menggantungkan lelahku pada pundakmu sembarangan.


Selasa, 01 Januari 2013

gerimis kecil dan jalan aspal

maaf tuan,
saya  bukan deras hujan yang jatuh menghantam pori keras jalananmu dengan lantang,
lalu menyanyikan kesakitan sepanjang dingin aspal,
berdesakan bersama air lainnya menjadi selimut genangan yang menyesakkan,
dan masuk berebutan ke perutmu melalui lubang dingin gorongan gorongan.

saya gerimis yang menggelantung tua pada awan,
jatuh dengan cemas ke daratan.
memilih jalan termenyenangkan untuk kembali ke lautan.
bukan, saya bukan hujan yang kamu harapkan.
saya gerimis kecil yang lebih suka jatuh perlahan diantara rerumputan,
meski dengan jejak tanah belepotan,
menciptakan petrichor untuk para sajak kesepian.
bukan, saya bukan hujan yang kamu inginkan.
saya gerimis yang lebih suka jatuh menari tengah malam dihangatkan lampu jalanan.
bukan gerimis senja yang memabukkan berpasang pasang para kasmaran.

pun, kamu bukan daratan yang saya ingin sembunyi dalam perutmu bermalam malam,
dinding otakmu terlalu dingin,
saya tak suka berlama lama berlarian di dalamnya,
bahkan untuk sekedar meninggalkan sekeranjang kecup perpisahan.