Kamis, 30 Mei 2013

Jarak dan Sajak yang Mati Sebelum Dituliskan

Dari sekian waktu yang bergerak maju
aku kehabisan kata untuk dituliskan dalam lembar sajak baru
karna kamu tahu?
hanya baris baris sajak setia menunggui aku di kepalamu.
Sementara bayanganku semakin kabur dari pupil matamu
dan debar kita terlalu temaram untuk sebuah temu
dan jari jari kita bersusah payah memeluk punggung masing masing:
merapatkan jarak yang merenggang,
membiarkan kita saling menguatkan sandar masing masing.

Lalu kita tak beda dengan sebuah wacana.
Terlalu jauh untuk sebuah temu sore di kedai kopi langganan kita.
Terlalu maya untuk membuat dekap dekap hangat pada lataran senja.
Terlalu khayal untuk menjelma kita saat berpijak pada waktu yang sama.

Ingatkan aku, menuliskan sajak sajak kita pada jarak
menancapkan ingatanmu pada jalan jalan kosong di keberadaanku,
agar sesak ini tersusun rapi menyusun lengang; untuk kamu telusuri setelah aku pulang.

Selasa, 07 Mei 2013

tenggelam

hari merobeki hari, menghitungnya maju tanpa kita kehendaki.
sementara jam pasir tidak mau menyumpal kandung kemihnya untuk tidak mengencingi ruang pasir di bawahnya, yang semakin lama semakin menenggelamkan kita.
ketenggelaman terdalam pada palung rasa kita masing masing.

aku mengikat kuat tangan kita yang bergandengan erat-dengan rantai beribu gembok yang kehilangan anak kuncinya.
sementara kaki kita ku pasung pada jangkar yang tunduk gravitasi dan jatuh mencium dasar laut kuat.
aku mengekalkan kita pada selimut laut yang luas dan dalam,
seperti rasa yang menjadi gelombang pasang pada rongga masing masing,
sunyi dasar laut gelap yang terpantul pada pupil kita masing masing,
dingin senyap laut malam yang terraba dari jari jari beku kita masing masing.


ada banyak ketenggelaman yang menyisa duka,
dilarung menuju  kehilangan tak bertuan.
dan  hanya dengan kamu, 
ketenggeleman menjadi damai laut tenang, 
dengan kesedihan dilarung jauh tak berpulang.