Minggu, 27 Oktober 2013

Pertanyaan tanpa jawaban.

Saat langit langit mimpi semakin menjauh dari ketergapaian,
dan dinding berpigura ambisi ambisi kecil mulai meluas,
lalu lantai kayu ini mulai jauh dari keseimbangan,
meninggalkan gadis di atas tempat tidur yang meringkuk goyah di antara lengang.

Ruang ini sesak dengan balon balon mimpi yang ditiupnya sedari kanak,
dan gadis ini mulai kewalahan dan lelah meniup, membenci lengang realita yang berusah dimuntahkan dari mual rutinitas, lalu letih dan mulai tergoda realistis untuk menelan ikhlas,
memecah balonnya satu persatu, mencari maksud dari kebimbangan dan segala yang tak terwujud nyata.

Lalu ruang ini terbelah, separuh lengang dengan balon balon menipis di permukaan lelangit kamar, menyisa tanda tanya besar pada tuhan.
Ada ragu yang tersendat di pusat pikirnya, diantara mimpi yang semakin jauh dan nyata yang begitu dekat dipijak dengan segala getir.
Ada bimbang yang begitu jelas terpantul di matanya, tentang menerima kebencian dan menjalani tantangan mimpi tuhan, dengan sisa separuh akalnya, terperangkap dalam tubuh kebingungan,

melahap segala pertanyaan alam,
tanpa jawaban.