Minggu, 24 April 2016

Gadis

Di luar hujan sedang deras derasnya
Para penyair sibuk menoreh lukanya untuk dituang menjadi puisi terbaik mereka
Para hati sibuk mencuci rindunya pada genangan genangan hujan di teras mereka

Tersebutlah seorang gadis yang sibuk bersembunyi di tirai duka,
seolah jerat muramnya begitu dalam
Sibuk ia menyulam kenang menjadi beribu paragraf panjang
Melupa ia pada rekah matahari di pelataran rumahnya
hidup ia pada pelarian-pelarian suram tanpa jawaban

Padahal sudah hampir mekar semaian sedihnya membuah langit cerah
Atas nama pecandu sendu, sampai kapan kan dikarang cerita keterjatuhan dan ketersesatan malam?
Sementara semesta terus berputar,
dan jawaban sudah dihadiahi tuhan

Kepada limbungmu, gadis penikmat luka
Melepaslah dan melangkahlah
Merebahlah dan menetaplah
Pada kebun semaianmu beratap lelangit biru
Kuburlah segala ragu pada aroma baru

Karena di luar hujan tak terus deras semalaman
Karena penyair tak mendamba luka tuk meramu karangan
Karena terasmu tak lagi hujan,
beranjak lah

Senin, 18 April 2016

Secepat ini kah aroma kehilangan menyeruak menusuki keheningan?
Begini kah kematian kita digariskan tuhan,
tanpa nama;
seperti makam tanpa nisan di hamparan yang terbuang.
Dipasung diam, dibungkam kenang,
berlayar kita tanpa penjuru yang sama.
Terjebak kita pada gelap tatap,
sementara punggung terlampau dingin tuk dihangat ratap,
sementara langkah terlalu berlari tuk disusul derap.
Begini kah kita dimatikan?
Begini kah ketersesatan kita ditamatkan?
Begini kah keengganan kita dirumuskan tanpa sekejap menetap?

Sabtu, 16 April 2016

jika

jika,

hujan tak kunjung usai membasah asa;
pada waktu yang melingkari punuk kita dengan ketidak pastian rasa,
pada susunan kata yang mengakar diam di antara kerongkong kita,
pada keterengahan kita mencari langkah irama senada,

dan hanya jika,

awan menggelayut lesu menyulam kelabu;
pada jatuh ragu kita akan kekekalan debar satu,
pada ketersesatan perjalanan kita akan tuju,
pada kelalaian kita akan kutukan permainan waktu,

dan,

akan hilang kah kita,
jika hujan tak mereda dengan segala petir dan selimut gelapnya,
akan hilang kah kita,
jika ke antah berantahan paragraf ini terlalu dini ditentu cuaca,
akan kah,
jika dan hanya jika;
kita mati terlalu dini,
pada kening lelangit masing-masing,
menjadi musim yang tak dikenang dan saling mengasing,

akan kah?

Jumat, 15 April 2016




Bolehkah ku namai kau senja yang mengabu?
Dengan segala rona hangat berlarut ragu,
dan bau kecemasan akan berlalunya waktu?