Rabu, 08 Februari 2017

melihat laut tanpa tahu dalamnya

barangkali semua tak sesuai ingin,
dan kesempurnaan ialah angan kekanakan,
pada dunia yang terlalu tua untuk selalu menurut.


seperti keramas di pagi hari, tapi terlalu terburu untuk mengeringkan rambut,
sehingga tidak rapi mereka seharian,
seperti membuat roti kesukaan, tapi kaleng selai tak cukup mengoles seluruh lembar roti,
sehingga tak setangkup ia bisa utuh terasa,
seperti menyetrika baju untuk acara bersama tersayang, tapi terburu dan padam lampu siang itu, sehingga kusut beberapa bagian yang belum tergosok.

terkadang sesederhana itu, ketidak rapian, ketidak utuhan, kekusutan, menyeruak dalam skema rencana yang tersusun sempurna awalnya.
tenggelam dalam ketergesaan, dan kejutan kehidupan.


seperti kita yang melukis betapa cerahnya siang hari itu, betapa sejuknya sore esok hari, betapa kelamnya malam lusa hari.
tapi hujan turun perlahan hari ini, mendung menahan angin esok hari, dan bulan terlalu terang menerangkan kegelisahan kita esok lusa.

tapi tiada yang salah dan bercela,
pada kini, esok dan lusa, hingga kemarau musim depan.

meski telak kita terkecoh pada rencana, dan wacana.
disapih kita perlahan pada ketidak sempurnaan kehidupan.
terlatih kita meski terjatuh,
tertatih kita meski terantuk berkali,
merapal kita pada kemungkinan pahit untuk tetap tertelan manis,
selama ketidak sempurnaan yang merapuhkan justru menguatkan,
selama erat mematikan justru semakin hidup menjerat;
pada keyakinan bahwa sempurna, kita sendiri yang tahu celanya,
dan kita amini berdua jatuh bangunnya,
akan selalu ada kesempurnaan yang tersimpan pada ketidak sempurnaan,
dan menjadi langit yang menaungi keyakinan kita.