Selasa, 30 Januari 2018

nyala

nyala,
api,
lilin yang saling membakar diri,
musik mengalun dengan amarah,
kamu,
dan pekat aroma bunga sedap malam.

langit semakin petang,
menyamun amis luka dan iris tubuhmu yang perlahan terbakar hangus,
harum merekah wangi abumu yang ku tuai pada sepertiga lamunku,
pada ketersengalan nafasmu yang susul menyusul meronta tuk hidup,
aku menggambar kelopak matamu hitam pekat menuju layu.

rekah lah kamu,
dalam barisan sajak sajakku yang mati bunuh diri,
sementara alun musik semakin serakah,
tiada kamu,
ku cari di antara pacuan arah.


ditulis saat menyaksikan Gardika Gigih.
Malang, 22 Desember 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar