Pada 21 terang purnama yang menaungi kita,
dan hangat malam dengan segala silau redup binar lampu taman,
simpul simpul senyum dengan mekar layu garis bibir kita beriringan,
obrolan panjang hingga tertidur salah satu kita di pundak malam bergantian.
Dan betapa kita mencintai gelap sementara semesta mendamba cahaya,
betapa kita sibuk mencumbu sepi sementara semesta selalu mencari bingar,
betapa kita,
jatuh,
jauh,
mengubur diri dalam kubur kita bersama pada genggam dan peluk dalam,
tanpa matahari,
dan segala hiruk pikuk semesta,
yang sibuk mengacak debar kita,
pada gunduk tanah persembunyian damai ini.
Betapa,
aku tergila pada tokoh kita berdua,
dalam lembar kisah panjang ini,
menghabiskan purnama purnama kita,
tanpa terjebak tamat suatu saat nanti.
Minggu, 30 November 2014
Sabtu, 01 November 2014
Mendung yang Gugup
Pada langit november
yang urung merintik hujan
Setia pada selimut
mendung tak kunjung deras
Pada sebuah sudut
ruangan
Yang bersarang segunug
remasan kertas
Menjadi bait bait rasa mengendap beban
Tak selaras
Saat dinding enggan
menangkap bayangan
Dan aksara terbang
mengepak lepas
Meninggalkan sebongkah pikir tak bertuan
Menunggui kebahagian berjalan berbalut cemas
Ada tawa yang khawatir kapan diberhentikan tuhan
Menjadi ketakutan untuk
segera berkemas
Entah pada suatu kapan
Berpayung november, dengan damai yang kian meranggas
Langganan:
Postingan (Atom)