Sabtu, 29 Desember 2012

hidup

hidup  menyajikan cangkir cangkir kecil di meja di hadapan kita.
semuanya berisi kopi dengan takaran yang berbeda.
semuanya harus kita cicipi, satu persatu,
dari racikan terpahit, terlalu kental hingga yang terlampau manis,
hanya untuk menemukan secangkir kopi terbaik kita,
dengan takaran yang pas,
yang akan kita nikmati setiap teguknya lambat lambat.
dan saya dalam masa kelu,
lelah mencicipi satu persatu,
lelah membuang bercangkir cangkir kopi tak tepat sebelum menemukanmu.

Minggu, 16 Desember 2012

nowhere end


kalau tuhan menuliskan ini sebagai sebuah perjalanan,
maka saya ingin melambatkan laju kendaraan kita, membuka jendela lebar lebar, menyetel musik kencang kencang, menertawakan kebodohan masing masing,
berhenti di tempat tempat yang kita suka, turun dari mobil dan berjalan kaki telanjang setiap melewati tanah rumput lapang, bernyanyi sumbang, menari kecil di bawah hujan,
kalau tuhan menuliskan ini sebagai sebuah perjalanan,
akan banyak sumpah serapah di tepian jalan dari mulut orang orang,
juga hardik jam pasir yang kita acuhkan detik menitnya,
kalau tuhan menuliskan ini sebagai sebuah perjalanan,
maka saya ingin kita melalui jalan jalan yang salah,
tersesat bersama,


karena saya menikmati perjalanan ini,
tanpa mau menebak dimana tuhan memberi kita alamat,
memberhentikan perjalanan ini, menjadi tamat.

Sabtu, 15 Desember 2012

abu abu


seperti cangkir kopi yang terkadang kau buat amat manis karena harimu terlalu pahit,
seperti realita yang kau basahi gerimis karena mimpi terlalu kering untuk saling mengapit,

malangnya aku bukan sendok gula yang bisa kau takar untuk cangkir harimu,
bukan juga persimpangan jalan yang bisa kau pilih untuk melintas sesukamu,

karena hujan masih terlalu awal untuk kuyup,
karena pagi masih terlalu dini untuk digelapi malam,
karena rongga ini terlalu abstrak untuk kau tebak ronanya,
berhati hatilah pada semburat hitam dan putihku yang siap mengabu abukanmu, telak, tuan.

Jumat, 14 Desember 2012

hari tanpa judul


udara sedang hangat hangatnya, dan yang diinginkan sepasang kaki telanjang hanya berlari kecil mengejar matahari yang hampir ditelan tuan lautan, bersama sepasang kaki tegap lainnya.
tertawa keras keras, melakukan hal hal bodoh hingga puas,
dan menarik mundur lembar langit sore agar hari yang tak ingin kau beri judul ini tidak pernah berhenti, bahkan berganti gelap dan dingin seperti bermalam malam sebelum ini.

Sabtu, 01 Desember 2012

dongeng

saya benci pendongeng yang hidup dalam diri saya sendiri.
ia tidur nyenyak dalam rongga kepala saya.
sebisa mungkin saya menjaganya tidak terbangun, karna kamu tau?
setiap dia terbangun, tidak ada waktu yang tak dihabiskannya untuk 'menguasai' diri saya dengan dongeng dongeng awannya. memantrai otak dan hati saya agar kusut lalu tunduk pada cerita cerita bualannya.
hingga saya tidak bisa membedakan,
mana kamu mana rekaannya,
mana ceritamu mana karangannya,
mana kenyataan mana dongengan,
meskipun saya tau, pendongeng ini hanya ingin menabur bahagia yang tidak saya dapat realita,
tapi bisakah kamu menidurkan pendongeng ini untuk berhenti menggerogoti diri saya sendiri, setelah kamu sukses membangunkannya, tuan?

Jumat, 30 November 2012

botol botol kosong

sore mengasihani perempuan di sudut itu.
entah berapa ruam pada mukanya - luka luka kecil yang hampir sembuh dan pudar disembuhkan waktu.
giginya gemelatuk, menggema di penjuru ruang.
tangannya saling mengapit satu sama lain, mencari benih benih hangat dari sikunya yang dingin.

sore memandanginya cemas.
ia tahu betul sepotong sore lain yang lebih hangat dari kali ini, tak seharusnya ia semuram ini.
botol botol disampingnya kosong.

tidak kau simpan langit langit hangatmu dalam botol itu?

perempuan itu menggeleng.
ditunjukan telapaknya yang tergores
"Ia tidak mau kusimpan dalam botol botol ini. Sepotong langit teduh yang menidurkan ruam ruamku.
Padahal aku hanya ingin memastikan tidak ada esok yang dingin, aku hanya ingin memigurakan, yang bahkan ia tak ingin."
"Sepotong langit ini kutali pada batuan. Aku hanya tak ingin ia terbang dan hangat ini hilang. Terbang dan ruam ruam ini menolak waktu menyembuhkan. Bahkan tali ini yang membuat luka baru menganga di telapak telapakku."

Perempuan ini diam, sudah terlalu banyak kata dengan mata pisau tajam yang keluar dan merobek kerongkongannya sendiri.
Sore menatapnya kosong.
Ia tahu perempuan ini menikam dirinya sendiri dengan pikiran pikirannya,
lagi.

Rabu, 28 November 2012

waktu



bantu saya sabar menebar kerikil kerikil ini pada setapak di depan.
kerikil kerikil tajam yang nantinya akan saya injak satu persatu,
agar langkah saya tak tergesa.
agar langkah saya melambat sebelum terlalu jauh.
agar ego saya terjatuh dan terlunta lalu mati.
agar semakin banyak waktu terbuang.
agar semakin banyak waktu untuk berfikir dan menerka maksud tuhan.
agar kecewa tidak selalu menjadi akhir paragraf cerita.
agar luka tak selalu terbubuh menjadi titik tamat kita.


karena manusia terlalu tergesa, 
dan lupa bahwa sedikit lebih waktu saat ini,
bisa mengurangi sedikit lukanya, nanti.

Senin, 26 November 2012

laut



kamu laut tenang yang dipigurakan langit keorenan,
hangatmu menjatuhkan.

aku hanya limbung dan digoresi lelah,
butuh segenggam air pantai untuk mencuci luka.

perjalananku terlalu jauh dan terjatuh jatuh,
terimakasih sedianya menjadi penyembuh,


tuan.

tenggelam

saya dikutuk langit sore untuk jatuh tenggelam pada temarammu,
dua bola mata terteduh yang menjadi kafein tiap saya terjatuh.

Kamis, 01 November 2012

parasut

ingatkan saya membawa parasut;
jatuh dengan tenang di otakmu tanpa membuat gaduh,
dan tak lagi berakhir dengan mengaduh.

mengisi titik titik

cangkir ini terus bertambah penuh,
hampir meluap dari sisi sisi cangkirku,
debar ini terus bertumbuh gaduh,
siap meluber dari sisi sisi ronggaku,

maukah kamu menjatuhkan kopi dari tekomu dengan lebih tenang dan konstan, tuan?

Sabtu, 13 Oktober 2012

konspirasi semesta

sementara semesta selalu mengarakku kembali pada duniamu, 
pun setelah aku mencoba menjauh, 
aku harus apa, 
tuan?

Rabu, 26 September 2012

siklus

pukul dua lebih dua;
seseorang menangis pilu dalam kedap ruang kaca
suara tangisnya menggema bulat memantul mantul di dinding bening
memantul mantul dan menyerangnya hingga babak belur
ia ingin terus menangis, tapi ruangnya sudah penuh gelembung gelembung tangis
lalu ia telan saja bulat bulat tangisnya,
dan lanjut menangis lagi,
begitu terus,

hingga ia kenyang menangis,


dan muak untuk menjatuhkan pilunya kembali.

Kamis, 13 September 2012

laron

aku laron pada pijarmu.


mendekat,
mengitar,
dan bunuh diri di sana.

lembar

Tuhan selalu punya rencana.
pun pada ombak yang menghantamku - menghantammu.
membawa kita pada keterdamparan entah dimana.
lalu bagaimana tuhan membuat kita tersungkur pada waktu.
dan saling mengobat seperti lupa bahwa kita hanya digenapkan rasa abstrak.
menjadi dua boneka yang terlampau optimis tanpa realistis.
bahwa kita hanya terjerembap pada keabstrakan yang tak kuat untuk dipeluk erat.
bahwa ombang ambing ombak yang menggenapkan kita bisa kapanpun mengombang ambing kita pada tunggal dan meluka seperti lalu.
bahwa kita hanya ketidaksengajaan yang dicipta Tuhan untuk saling memberi secoret pelajaran pada selembar hidup masing masing, bukan untuk mengisi penuh buku masing masing.

Sabtu, 01 September 2012

secangkir sendu


aku meracik secangkir sendu untuk kau nikmati dalam diammu.
secangkir sendu kesukaanmu, dengan beberapa tetes air mataku.
nikmati ia pada sesakmu,
hirup ia dalam syahdumu,
lalu tengoklah sebentar,
tengoklah wajahku yang teruap dari secangkir senduku pada lelangit rindumu, tuan.

Jumat, 31 Agustus 2012

berkemas


seorang wanita di sudut ruang,
sibuk membuka lemari penyimpanannya,
menurunkan janji janji dari gantungan,
mengeluarkan kata kata tersimpan,
melipat memori memori usang,
mengemasnya dalam sebuah koper tua.
beranjak dengan langkah tergopoh gopoh.
meninggal reruang suram pada lalunya.
lalu membakar setapak di belakangnya,
agar tak lagi tersesat, pada jebak yang sama.



Senin, 13 Agustus 2012

biru kelabu - abu membiru

adam membiru.
bibirnya kaku.
lidahnya kelu.
hatinya bisu.
dingin ini menusuk rusuk kosongnya hingga lebam.
menyisa ruangan hampa dalam rongga jantungnya.

"kita masih punya waktu?" tanyanya.

hawa mengabu.
matanya berdebu.
telinganya menyemu.
hatinya membeku.
panas ini menyundut tabahnya menjadi amarah.
menyisa lubang hitam dalam rongga dadanya.

"tidak. kau menghamburkannya. kita terlampau kadaluarsa." lirihnya, pilu.


Minggu, 12 Agustus 2012

cuaca pada langit kita

semesta berangin.
hati membiru dingin.
kita muluk muluk pada ingin.
sehingga muak karna tak ada yang juga ter-amin.
lalu kecewa merimbun beringin.
menjadi butir butir impian miskin.

semesta mendung.
hati mengabu limbung.
kita dua orang kembung,
terlalu banyak menelan janji tertabung.
lalu muallah terisi bohong pada lelambung.
ia terlunta, kecewa dan berkabung.

semesta panas.
hati kering meranggas.
kita menyisa hitam ampas,
menunggu menjadi memori terkelupas.
lalu hilang terbang ringan seperti serat kapas.
saling melupa, asing dan lepas.

Sabtu, 11 Agustus 2012

hutan kecil pada hatimu


pagi masih terlalu dini. matahari masih terlalu pemalu. awan masih menyelimuti langit membiru.
rumput masih basah. dedaun masih mengembun dingin. pepohon masih menyaring berkas cahaya matahari.
gaun putih. kaki telanjang. rambut setengah basah. dan seorang gadis tergopoh gopoh berlari membelah pagi.
napasnya tak teratur. jantungnya berdebar lebih cepat dari derap langkahnya. keringat menyusuri setiap lekuk tubuhnya, deras seperti rasa gemas yang menguasai tubuhnya.
gadis ini berlari sekuat tenaga. kaki telanjangnya ia hempaskan begitu saja pada rerumput lembab. rambut terurainya ia biarkan terdesak angin pagi menggigil. matanya fokus mencari celah pepohon yang memungkinkannya keluar dari hutan ini.
ia benci tempat ini. pohon pohon menjulang hanya menutup hangat matahari. daun daun basah hanya menampung air mata air mata penghuninya. rerumput lembab ini hanya membuat rusuknya semakin dingin.
ia berlari lebih cepat. ia tidak ingin terjebak disini terlalu lama, tersesat dan menjadi penghuni hutan ini, hutan berisi langit mendung, berpenghuni gadis bermata sembab.
ia terus berlari, meski lelah sudah membiru di permukaan tubuhnya.
ia berusaha mencari tempatnya terjatuh pertama kali di tempat ini. di suatu senja yang menyimpan rahasia. di suatu sudut hutan ini, tempat semua gadis tak tahu apa apa dibuang langit hangat dan disesatkan pada dingin hutan sepi.
ia dulu mengira ini bukan tempat yang buruk. dijatuhkan langit dengan bekal mawar berduri segar, yang pada akhirnya deduri itulah yang menusuk dirinya sendiri. ia dulu mengira ia bisa bertahan dengan tabahnya, yang pada akhirnya lelah dari tabah itulah yang memukulnya babak belur berair mata. ia dulu mengira ia bisa keluar dari hutan ini dengan mudah, namun bagaimana bisa jika setiap jengkal hutan ini menariknya paksa untuk mencandu memori terus menerus hingga mabuk?
ia terus berlari.
mencari jalan keluar,  terbebas dari hutan kecil pada hati lelaki-nya.

cetak buram lalu

boneka hitam putih berdebu di sudut kamarku matanya sayu seperti dua pupilmu bertahun tahun lalu.
dan lebam lebam amarah tidak akan kadaluarsa menyusul kita yang hilang termakan jarak dan waktu.
ia tetap disini, dirongga dadaku terdesak, menyesak, rusak.
ia tetap disini, mengulang kita yang enyah seperti sampah.

kamu adalah tabu, debu, menggerogoti bayangan cerminku.
kamu sudah tamat menjadi sesal yang tak juga lumat.

babak yang paling ingin dikubur,
sepotong scene yang paling ingin dibakar,
separagraf cerita yang paling ingin dihapus,
terlalu kelam,
terlalu suram,
terlalu menyisa bungkam,
terlalu susah redam,

jika aku sudah mati pada permainan kita sendiri,
bisakah kau menyusul pada kematian kematian selanjutnya, tuan?



impas

Senin, 06 Agustus 2012

dream

kamu tidak akan ada disini.
seorang perempuan menunduk lesu mengamati retakan tanah kering yang dipijaknya. ia bermimpi terlalu jauh belakangan, imajinasinya dilambungkan harap dan berputar hingga membuatnya mual, muak.
perempuan itu mengamati sepasang kaki lain yang tiba tiba ikut menjenjak tanah yang sama di lingkar pandangnya.


kamu tidak akan ada disini. | tapi nyatanya sekarang aku disini.

perempuan itu tertegun. pandangannya menengadah. lelaki di hadapannya memandang matanya dalam dalam, dengan garis bibir datar.
kamu tidak mungkin. | aku mungkin. dan ini aku.
kamu tidak aku kenal, enyahlah. | coba lepas egomu. aku ini kau kenal baik baik. biarkan aku mendekat.
kamu tidak boleh mendekat. | coba lepas egomu. aku ini masih kau sebut dalam harapmu untuk mendekat.
aku bahkan tidak ingat siapa kamu. | kamu tidak pernah lupa siapa aku, kau hanya berusaha keras lupa.
tidak. aku tidak gagal. | kau gagal. kau terus mencoba untuk lupa, dan gagal.

perempuan itu mempererat lipatan tangannya.
aku membencimu. |  tidak. kau hanya berusaha membenciku.
aku muak melihatmu disini. | tidak. kau suka melihatku disini. berpijak pada tanah yang sama, janjiku dulu.
aku lupa janjimu. pulanglah | tidak. kau tidak lupa apapun. tahanlah aku, aku dengar suara bergema dari ronggamu.

perempuan itu menutup rongga dadanya yang terbuka.
kamu tidak pernah tau apapun tentang debar rongga nanar ini. kamu hanya tau debarmu sendiri. 


perempuan itu menghela nafas. pandangannya menangkap kosong di hadapannya. penyangkalannya hanya menambah udara disekitarnya menyempit, sesak.

aku terlampau jatuh. maukah kamu menarikku lagi?
aku terlampau lelah. maukah kamu membuang kata menyerah?
aku terlampau menunggu. maukah kamu tetap disini?


lelaki itu diam. tersenyum menang.

aku tidak akan menarikmu, membuang kata menyerah, pun tetap disini.
lelaki itu diam.
aku akan pulang. jaga dirimu baik baik.
lelaki itu diam. lalu hilang. dimakan keterjagaanku dari tidur panjang, mimpi.

Sabtu, 04 Agustus 2012

gladiator langit

kita bergerak melambat mengikuti putaran jam yang kehabisan daya
dada kita sama sama berlubang dan terluka
wajah kita sama sama penuh peluh dan lusuh
badan kita sama sama memar keunguan
langkah kita tertatih melewati pelangi
meninggalkan jejak kotor pada lelantai langit
menyebrangi awan harap yang terputus putus karna rintik bola mataku
kita saling menusuk sepi masing masing
mematikan satu sama lain
kelelahan
dan disudut langit kali ini aku membiarkanku terjatuh lebih dahulu
terjatuh karna kehabisan asa untuk menusuki lelah
harus ada yang mati dalam babak ini
dalam gladiator langit sepasang adam dan hawa yang mengais harap terlalu banyak pada impian
harus ada yang mati dalam babak ini
agar seorang bisa turun memijak tanah, dan menamatkan cerita bersambung yang terbuat
harus ada yang mati dalam babak ini,
biar aku yang jatuh, agar segala susah ini tamat



ditulis bersama Infidel Castratie - Tika and the Dissidents .

Jumat, 03 Agustus 2012

untuk semesta pada matamu

sejumput surat ini terkirim setelah keributan kecil antara tuan otak dan nona hati yang menguasaiku.

 tuan otak bersikeras acuh padamu. entah. sepertinya ia muak, dan bersedih pada nona hati yang terus menerus tergerus kamu. tuan otak ini memagarku bersama ego dan lelahku untuk menyerah padamu.
sayangnya sore ini ia kalah, lalu ditelanjangi nona hati untuk menulis ini padamu.

sementara nona hati tak sabaran sejak pagi. ia cemas bersama aku yang tak bisa menahan diri untuk ikut mengirim doa padamu. entah berapa sabar yang nona hati telan, bahkan disaat ia memar memar, ia masih fasih mengingatmu dan segala bulir memori sekejap yang kau sisakan untuk kami lantunkan pada doa terucap.
seharusnya kami tak usah cemas. ada setumpuk percayaku pada bintang di matamu. entah. segala ceritamu tentang semesta yang ada di hadapanmu, bintang bintang di matamu, aku tau betul tidak salah menaruh seluruh percayaku padamu, kamu akan menjadi orang besar pada semestamu sendiri.
semoga sekeranjang semangat lalu masih kau simpan dalam bungkus bekalmu menuju semestamu. dan doa yang tak sia pada pagi soreku yang dikabulkan tuhan menjadi hadiahmu hari ini. meski mereka mungkin sudah usang dan lapuk menyusul kadaluarsa pada kita.

jangan redupkan bintang bintang di matamu. aku percaya merekalah yang membawamu pada hadiahmu sekarang. apapun yang terjadi. biarkan mereka menuntunmu pada gulita semesta yang baru kau ciptakan, setelah doaku lelah mengiringimu.

tuan otak dan nona hati kini resah. terlalu banyak yang tidak tersampaikan, atas luka, lelah, kesia siaan, dan debar yang tak juga mati setelah kau jatuhkan.
tuan otak dan nona hati kini hanya bisa menatap dari kejauhan, membiarkan kita mengulang kebiasaan untuk terbiasa tidak bersama. mengulang kebiasaan untuk terbiasa mati rasa dan menjadi asing untuk masing masing kita.

secangkir senja yang resah

cangkir kopi sore ini kental sekali,
terlalu banyak kata yang tidak terucap terseduh di dalamnya,
mengendap di dasar cangkir, dan  ku teguk hingga habis menjadi resah dalam kerongkonganku.

cangkir kopi sore ini pekat sekali,
terlalu banyak keributan dalam diri, otak dan hati yang mengampas menjadi hitam,
mengambang di permukaan kopi, dan ku sesap hingga larut menjadi resah yang semakin besar bersarang dalam tubuhku.

resah ini menyeruak.
diantar emosi dan sisa merah di rongga dadaku yang kau rusak.

Minggu, 29 Juli 2012

awan dan harap


aku melukis awan pada dinding kamarku.
menempelkan harap pada permukaannya.
berharap tuhan cepat merengkuhnya, menjadikannya nyata seperti babak kedua kita, tuan.
*smile*

Sabtu, 28 Juli 2012

ilusi dan gadis bulan

aku berjalan linglung. kakiku sudah berdarah tergesek permukaan bulan. ia meninggalkan jejak merah di setapak di belakangku, dengan harap cemas akan ada sepasang kaki lain mengikut di belakang sepasang kaki lukaku, bersedia menuang jejak luka merah yang sama di atas bulan yang sama, lelaki itu.
nafasku hampir habis digerogoti atmosfer bulan. setapakku masih menjejak merah sendiri. bulan ini semakin kotor, dengan aku dan setapak merah lukaku berputar diatasnya, mencari lelaki itu, dengan benang luka yang aku tinggal di setapak bulan ini, menunggunya merajut benang ini menjadi luka yang lebih besar untuk dikenakan bersama sama. darahku sudah mengalir habis mengisi lubang lubang bulan, ia kekal bersama tungguku. dan lelaki itu yang tak juga bisa ditunggu.

tunggu!

mataku sudah gelap, hanya bisa mengerjap, mencari suara yang terpantul mendekat.
lelaki itu, ya, lelaki itu.

aku tidak pernah sudi datang untuk menyambung jejak kaki berdarahmu pada setapak bulan, karna aku datang bukan untuk merajut luka bersama sama.
ikutlah aku, tidak ada lagi kasar bulan yang membuatmu berdarah lebih luka. masih banyak tempat kita di semesta ini.
ikutlah aku, membalut luka dan bahagia.



aku terbangun.
bunga tidurku menguap dari kepala, mengisi nyata pada lelaki di hadapanku.
"Kamu bukan ilusi untuk mengobati lukaku kan, tuan?"
Lelaki itu diam, terbang, lalu hilang, bersama sadarku.
"Ah, ilusi lagi." dengusku.

Selasa, 24 Juli 2012

melepas


melepas. ikhlas.
mengobat sesak. mencari celah tanah untuk kembali berpijak.
gravitasimu sudah habis. aku lelah mengais bait bait andai yang menyanyikan tangis.

kupu kupu kita sudah ku lepas. sekarang mereka seperti kamu yang terbang bebas.
kupu kupu kita kupesan untuk terbang jauh. kamu pun jaga dirimu agar tak mudah jatuh.
kupu kupu kita kubekal cita. kekallah kamu dalam doaku yang dikirim senja.


hati hati, hati hati bawa hatimu pergi.

Minggu, 22 Juli 2012

segelas janji dan limun

kita saling mengutuk untuk tak pernah lagi menuang janji pada segelas limun, yang pada akhirnya kita tumpahkan karna tak lagi kuat pada sumpah yang terpantul jelas di bibir masing masing yang makin lama makin membunuh lidah kita dan menjalari kerongkongan kita yang mulai mengingkari.
kita saling mengutuk untuk tak pernah lagi menuang janji pada segelas limun, yang lalu tumpahannya mengalir dan merembes pada luka kita sendiri sendiri, menghukum dengan setiap tetesnya yang pedih, menagih setiap cuil janji pada waktu waktu terlampaui.

kita adalah enggan

kita adalah dua yang terikat.
saling bergandengan, tapi kaki kaki ini masih terkunci pada rerantai masa lampau, yang enggan terbuka.
kita adalah dua yang tak kunjung siap.
saling mengapit, tapi tak juga mau dipeluk janji untuk saling bertahan, pada hiruk pikuk semesta.
kita adalah dua yang rapuh.
saling mengirim rindu dari jauh, tapi tak juga kuat menahan reruntuh langit bernama asa.

kita adalah dua yang tak saling ikhlas, tak pernah ikhlas.
saling merapat dan berdoa untuk bersama, tapi tak pernah ikhlas untuk menoreh luka, bersama sama.


sambil mendengarkan Payung Teduh - Kita adalah sisa sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan

Selasa, 17 Juli 2012

Draft

Rindu ini pecah menjadi sesak yang tak kunjung meledak
Hanya tergugu diam dan menghimpit rongga nafasku
Lalu rintik bola mata ini mengantar rindu ke paraduannya,
rindu yang membusuk karna terlalu pilu,
menjadi setumpuk doa yang tak kunjung terkirim kepadamu.

Sabtu, 14 Juli 2012

sepenggal

seorang wanita tergeletak kaku di trotoar jalan.

beberapa waktu lalu; wajahnya pucat. matanya kosong menatap gemintang di atasnya.
malam sudah terlalu tua dan menghitam, seperti bongkah hatinya yang mencuat dibalik dadanya yang sobek.
pipinya dimakan angin dingin, bibirnya melengkungkan separuh senyum, senyum datar yang hanya tuhan dan ia serta seorang pria diluar sana yang tahu artinya.
badannya kurus tersapu debu jalanan petang.
dibungkus selembar kain ia meredakan liar udara malam yang merasuki rongga tubuhnya.
tangannya saling memeluk, kuku kukunya kebiruan menahan dingin angin.
kakinya tak beralas merabai langsung kasarnya aspal jalanan, dan getar kendaraan lalu lalang.
ia duduk di trotoar jalan.
tepat di bawah lampu jalanan yang membentuk bayangannya terinjak injak pejalan yang lalu lalang.
ia merintih setiap bayangannya terlewat begitu saja diatas trotoar jalan oleh orang orang.
terlewat cepat seperti masa lalu yang tak diharapkan si empunya.
ia merintih.
    "apakah aku salah satu bayangan yang tidak kau harapkan?"
    "apakah aku salah satu masa lalu yang harusnya tak kau lalui dan menjadi lalu?"


wanita ini merintih.
udara semakin dingin. malam semakin buas. orang orang semakin cepat melalui trotoar dan menginjak injak
bayangannya di tanah aspal.
badannya terhuyung.
mulutnya merapal doa. lalu ia terjatuh begitu saja, tergeletak membiarkan lelah mengalahkan dirinya atas usahanya
menunggu seorang yang sedari tadi tak muncul barang sekejap.
    "aku ingin kau datang, menyaksikan tubuhku biru menunggumu mengampuni masa lalumu."
    "aku hanya ingin diampuni, sebagai masa lalumu."
------

sementara itu,
seorang wanita keluar dari sudut gelap malam. ia sudah berjam jam menunggu dan tubuhnya hampir beku digerogoti angin malam.
ia berlari menuju trotoar di sebrang jalan setelah memastikan seorang terbunuh pilu disana. ia mengamati wanita yang sedari tadi dia amati,
dari semak tergelap yang dimiliki malam untuk menyembunyikannya.
wanita ini tersenyum getir.
    "aku mengampunimu, masa laluku."
sertamerta beban di pundaknya mencair.
perlahan ia membalut bongkah hati menghitam pada jasad di sampingnya.
tak lama badannya terhuyung,
ia terlalu lelah bertarung dengan waktu, menunggu. menunggu masa lalunya mati terbunuh sesal dan kesia siaan seperti ia dulu.
ia merapal doa,
lalu jatuh di samping masa lalunya, yang sudah menjadi mayat, mati karna menyesal menjadi riwayat.


disitu, seorang wanita tergeletak kaku di trotoar jalan.

 "kita adalah langit yang terpotong potong menjadi hujan.
saling menyepi dan jatuh menyendiri pada hilir sungai yang mengarah pada masing masing takdir."

tersesat

kita adalah sepasang kesepian yang lupa jalan pulang.
tersesat diantara hutan resah dan semak ketidak jelasan.
kehilangan arah menuju setapak pulang bersama.
meniadakan lelah dan sibuk dengan luka masing masing.
menikmati kehilangan dengan berjalan menyusur dingin sendiri sendiri.







"aku lelah,
ingatkah kau cara menggandengku? membawa kita pada sebuah kepulangan?"

Senin, 09 Juli 2012





"Kalau aku juga mengecap luka dan peluh yang sama, lalu apa yang kamu takutkan?"















"Jangan bercerita tentang langit luas, jika membagi sepotong langitmu saja kau ragu, tuan."
"Kita adalah sepasang yang tak sadar. Kamu tak sadar akan aku dan segala usahaku. Aku tak sadar terlalu jatuh

dan memberikan semua jantungku."
"Waktu dan jarak bersahabat dan berkonspirasi dengan semesta pada kita. Tidak ada yang sulit selain ketakutanmu, tuan."
"Tak perlu takut akan deras rintik dua pupilku. Mereka lebih suka merayakan rasa kasihan pada aku.

Karena aku terlalu
cinta aku untuk tertelan sebuah sia pada acuhmu."
"Lelah ini jatuh terlalu awal dari titik seharusnya aku menyerah.

Aku menampungnya pada sakuku, lelah yang jatuh bukan pada jarak dan waktu, melainkan pikiranmu. Mungkin kau mau menyimpannya, tuan?"






rumit

kamu menahan toreh lukamu sendiri dengan mendiamkan tanya, memutuskan asa, menenggelamkan harap, melepas genggam, merobek gelak tawa, dan membentuk simpul melengkung senyum jatuh diarak rintik bola mata menggelayut jatuh ke tanah, dan pecah, dariku.

lalu rumit mana lagi yang kamu pilih untuk menjatuhkan aku dari enggan untuk berhenti berjuang, tuan?

Jumat, 29 Juni 2012

Sepotong Langit Merah dan Laut


Langit merah, merekah dan hampir jatuh. Seorang gadis, merah, berdarah dan sudah terjatuh. Gaunnya kumal. Dadanya tertancap panah. Senyumnya legit meski gincunya mulai terdesak bulir bulir gerimis dari matanya, nyaris luntur. Ia terhuyung menyusuri setapak. Tergopoh memasuki desa. Di belakangnya seorang pemuda mengikuti. Dadanya juga tertancap panah. Senyumnya mengembang seperti gula kapas. Beberapa kali ia tergelak melewati semak yang memagari setapak itu, semak dengan bunga berbulu yang sesekali menggelitik pinggangnya yang terlapis jubah legam. Tangannya tertarik tarik gadis di depannya, jalannya terlalu lambat dibanding gadis itu, berkali kali ia mengencangkan genggamannya, dan setiap itu terjadi si gadis menoleh dan melempar senyumnya pada pemuda itu. Pemuda itu mempererat genggamannya, disusul toleh gadis di depannya, ekor kudanya bergoyang mengikuti arah lehernya, senyum itu.. pemuda itu bergegas membuka toples kecil dari sakunya, senyum itu terbang dan jatuh tepat masuk ke dalam toples kaca itu, menyusul kerumunan senyum yang sudah lama terkumpul.
Gadis itu acuh, matanya tetap fokus menyusuri setapak, tangannya sebelah masih menggenggam pemuda yang mengekorinya.
Sudah berapa banyak isi toplesmu?
Nyaris penuh
Butuh berapa toples untuk menyimpan aku tetap hidup dalam otak dan hatimu?
Sebanyak kamu mau menungguku, toples ini akan aku simpan dalam sudut kamarku, ku kulum layaknya kembang gula sebanyak waktu sebelum kita bertemu lagi.
Gerimis turun lagi dari dua bola mata gadis itu. Mulai mendesak bedak bedak tebal jatuh meluruh tanah. Panah di dadanya terasa semakin menusuk.
Kalau begitu aku tak akan tersenyum banyak untukmu, tuan.
Agar kau cepat kembali.
Pemuda itu terdiam sejenak. Lalu badannya tertarik lagi mengikuti gerak gadis yang berjalan di hadapannya itu. Gaun putih yang kumal, dengan bercak lumpur di tepi tepinya. Rambut yang diekor kuda. Kaki yang lecet karna perjalanan yang tak kunjung bertemu ujung. Senyum yang terus mengembang, sisa mascara yang meluber dan berjejak hitam di pipinya, seharusnya gadis ini tampak sedikit menyeramkan, tapi tidak bagi pemuda itu.
Gadis ini menyeka keringatnya. Setapak yang dilaluinya tak kunjung habis. Ini tandanya masih jauh jalan yang harus dilalui. Tangannya masih erat menggenggam pemuda di belakangnya. Pemuda dengan jubah legam dan sepatu berlumpur, bajunya kusut menandai jauhnya perjalanan yang sudah dilalui bersama gadis ini semenjak pagi. Gadis ini menoleh diam diam pada pemuda berjubah itu, sementara yang sedang diperhatikan justru sibuk mengamati langit yang sedang merah merahnya.
Aku suka langit ini.
Gadis itu terkejut dan buru buru mengemas pandangannya untuk tertuju lagi pada setapak kosong yang memanjang hilang di hadapannya.
Hanya langit memerah ini yang mengingatkanku bahwa kita masih di bawah atap yang sama, semesta yang sama, lanjut pemuda itu.
Ada senyum kecil tersimpul malu malu di bibir gadis ini. Ia mendongakkan kepalanya ke atas.
Hanya di bawah langit ini, aku merasa kamu menginjak tanah yang sama, aroma rerumput yang sama, deras hujan yang sama denganku, sejauh apapun aku tak dapat menangkap ragamu.
Pemuda itu mempercepat langkahnya, berlari kecil mendahului gadis itu. Lalu berdiri mematung tepat di hadapan gadis. Memaksa gadis ini tak melanjutkan jalannya.
Hingga kemana kita akan berjalan? Mencari tuan semesta dan menyalahkan keadaan?
Gadis ini terdiam. Gaun yang sedari tadi ditariknya tinggi tinggi untuk mempercepat langkahnya, ia turunkan perlahan. Tangannya merogoh sesuatu dari kantung yang sedari tadi tergantung di bahunya. Ia mengeluarkan bandul jam, dan sebuah peta yang tergambar kasar di atas selembar kulit tua.
Kita akan terus berjalan. Mencari pengatur semesta dan meminta ia melenyapkan dua benda ini
Si Gadis menyeka gerimis yang mulai merintik lagi di pipinya. Matanya berbinar lebar, menunggu keajaiban datang seperti anak kecil yang tak sabar menunggu kelinci keluar dengan ajaib dari topi tukang sulap yang kosong tadinya.
Kita tak perlu meminta Tuan semesta melenyapkan ini. 
Pemuda ini menarik bandul dan  peta kulit itu dari genggaman si gadis, melemparnya jauh menembus langit merekah, hilang tertelan awan keorenan.
Gadis ini tertegun, tepat ketika ia akan bersuara pemuda ini mengeluarkan sejumput senyum dari setoples dan memasangnya di lengkung bibir gadis ini.
Kita tidak bisa melenyapkan waktu, dan jarak. Kita hanya perlu sedikit senyum dan tawa lepas untuk melupakannya, melemparnya jauh untuk tidak mengingatnya lagi.
Pemuda ini menggenggam kedua tangan si gadis.
Tuan semesta tidak pernah salah. Pada jarak yang menggerus temu kita. Pun pada waktu yang membuatmu menunggu.
Pemuda ini mengeluarkan toplesnya.
Percayalah. Tidak ada waktu yang sia tanpa menghidupkanmua dalam otak dan hatiku. Senyummu ini akan ku seduh, tiap aku rindu pulang dan lelah untuk berjuang, bahwa ada seorang gadis yang menantiku dibawah langit memerah yang lain, yang sama bergulat dengan jarak dan waktu.

---


Pemuda itu menyisa kecup di udara.
Langit tetap memerah. Gadis bergaun kumal itu tetap memejam dan membaui rerumputan. Ia menampung gerimis matanya dalam sebotol bening, memasukan bau rerumputan, deras hujan, dan langit kemerahan ke dalam botol itu hingga sesak.
Matanya terbuka. Ia mengeringkan sisa gerimis di pipinya dengan ujung gaunnya. Maskaranya sudah luntur, gincunya sudah memudar, senyumnya masih mengembang. Ia mengangkat gaunnya dan berjalan lebih cepat menyusuri setapak.
Hingga ia berhenti di tepi sebuah laut. Badannya terduduk di atas pasir. Ia mengeluarkan botol beningnya, lalu menghanyutkannya di gelombang air.
Untuk tuan yang sedang berjuang, entah sampai padam matahari yang kapan. Aku mengirimkan sebotol nostalgia kecil tentang langit merah  dan kita. Saat persediaan toples senyumku sudah menipis, ingatlah ada gadis yang nyaris menyerah menunggumu diujung sini, menunggu bandul jam dan peta kulit tak menjadi suram bagi cerita kita.

Senin, 25 Juni 2012

driving to nowhere

aku suka jalanan.
malam.
lampu mobil yang menyorot apapun yang ada di depanku.
udara yang menyusup lewat kaca yang sengaja dibuka.
driving to nowhere.
menyalakan lagu keras keras.
bersenandung sumbang.
mengemudi dengan otak kusut.
merayakan ketidak tauanku akan kamu.

bukankah ini sama?
mengemudi tanpa tujuan
berlari tanpa arah
berjalan tanpa tau kemana



perahu kecil kita.
bahkan aku tidak perlu tau tujuan, arah, dan kemana.
toh,
aku tetap buta dibelakang kemudi kita.
aku tetap menjalankan peranku sebagai penebak jalan pikiranmu.
aku tetap akan mengemudi tanpa arah, tujuan, dan kemana.
mengemudikan perahu kecil kita dengan pelan dan hati hati,
menjaga arusmu-yang tak berarah-tak melukai perahu kecil kita.

Selasa, 19 Juni 2012

keranjang marun

aku mengirim sekeranjang paket untukmu sore ini.
tunggu mereka di depan berandamu,
setoples senyum,
sekotak canda,
dan setumpuk semangat dalam sebuah keranjang marun,
yang bisa kau pakai saat senyummu habis tertelan sendu,
yang bisa kau pakai saat tawamu habis termakan muram,
yang bisa kau pakai saat semangatmu habis terbunuh carut marut dunia.

tidak perlu panik,
aku tidak menyertakan seonggok hatiku di keranjang itu,
jadi kau tak perlu cemas harus mengembalikannya padaku,
atau hanya sekedar berpikir harus membalas tulusku dengan apa,


terus semangat,
tuan.

blog project

#PROSAPROJECT

#prosaproject ini project kecil kecilan yang berawal dari stuck & kepasifan nulis blog.
project ini dijadiin sarana buat kita semua belajar nulis prosa bareng bareng, bagi yang selama ini sebatasa ngisi blognya dengan sajak.
nah sebelom mulai project, ada bagusnya kita nyamain definisi prosa itu sendiri.
hasil diskusi @tashafairus, @ktagana dan @malyasophi setuju kalo prosa adalah; tulisan yang memiliki alur cerita semacam  cerpen TAPI menggunakan gaya bahasa
metafora, bermajas layaknya sajak.
nah, ini dia rules dari #prosaproject:
1. prosa yang dibuat bertema bebas (untuk sementara ini)
2. prosa yang dibuat diposting ke blog/tumblr masing2. (untuk blog diberi label #prosaproject)
3. prosa yang sudah diposting bisa dishare linknya ke @tashafairus
4. untuk sementara ini pembuatan prosa dilakukan dua minggu sekali.
5. dalam project ini tetap ada deadline persesi, deadline ini dijadikan tanggal publikasi serentak semua karya prosa.
6. di tanggal publikasi itu diharap bantuannya untuk retweet semua karya prosa teman teman #prosaproject tujuannya supaya "massa" pembaca semakin luas.

thanks all partisipasinya :D

nb: sesi 1 mulai tanggal 17 juni, deadline 1 juli



#WEEKENDPROJECT

#weekendproject ini adalah project iseng nulis blog bareng @ktagana tiap weekend yang sering gagal.
tujuannya tetep supaya lebih produktif dlm menulis.
disini siapapun jg boleh meramaikan, rules :
1. postingan blog tiap weekend ini bisa berbentuk puisi atau sajak
2. tema puisi atau sajak ini dibatasi, dibatasi dengan maksud ide diambil dari lagu atau foto/gambar
3. lagu atau foto/gambar harus disertakan di postingan sajak atau puisi tsb.
4. postingan bisa dishare masing2
5. buat yang mau meramaikan #weekendproject & kebetulan juga ikut #prosaproject project ini bisa dilakukan selang seling.
(contoh: karna prosa project sesi 1 deadline tanggal 1 juli, weekendproject bisa dilakukan 23-24 juni)


------

#WATERCOLOURPROJECT

#watercolourproject ini adalah project bareng @malyasophi yang lagi lagi nyaris gagal.
project ini gabungan project lukis cat air dan sajak.
rules:
1. buat lukisan simple dengan pewarnaan cat air
2. buat sajak yang sesuai dengan penceritaan lukisan yang dibuat
3. pada postingan sajak disertakan foto lukisan cat air.

Minggu, 10 Juni 2012

kenapa

mungkin terlalu banyak kenapa yang menyesaki rongga otakku.
menumpuk dan menjadi timbun tanya yang tidak pernah terjawab.

namun pada titik ini mungkin aku harus menyingkirkan kenapa pada segala tanyaku tentang kita.
tidak perlu ada tanya kenapa harus kamu,
tidak perlu ada tanya kenapa waktu memilih sekarang,
tidak perlu ada tanya kenapa ini semua terjadi seperti terencana.
 
pun ketika aku harus menolak tanya kenapa dari ragumu
karna yang perlu diketahui kamu hanya,
tidak perlu ada tanya kenapa sekarang aku melangkah mundur,
tidak perlu ada tanya kenapa aku harus terlihat tenang dan tidak gusar,
tidak perlu ada tanya kenapa aku harus memberi spasi pada kita,
tidak perlu ada tanya kenapa bukan hanya kamu pada akhirnya,
karna hanya akan ada satu jawab,
bahwa ini hanya usaha menghindar sakit dan jatuh lagi,
dari seorang pesimistis kisah klasik yang nyatanya tak selalu berakhir manis.

renung

terkadang kita tidak perlu terlalu mengeras pada skenario tuhan.
terkadang kita tidak perlu terlalu banyak tanya pada ketidaksengajaan cipta tuhan.

terkadang kita hanya perlu duduk dan diam,
menikmati tiap scene yang dirajut tuhan pada film hidup kita,
dengan secangkir kafein yang tepat,
dan berbagi cangkir bersama,
pada orang yang juga tepat.

abu abu

adakalanya manusia terlalu takut untuk merah jambu,
hanya karna ia terlalu sering jatuh.

lalu debarnya dibalut dan dilempar jauh,
seolah tidak akan ada simpul senyum yang akan mencandu.

lalu dipersimpangan ini tuhan menemukan ketidaksengajaan ketidaksengajaan kecil,
pada kita.
hanya semesta yang menyisakan kita terlalu jauh bahkan untuk sebuah pandang.
dan lalu dititik ini kita sama sama mengabu
larut dalam ragu
dan takut

untuk sekedar
melompat bergandengan,

menikmati jatuh,

dan mencicipi sakit,
bersama sama.

Rabu, 06 Juni 2012

sajak doa pohon tua

aku adalah rancu yang kau simpan dalam garis tanganmu
yang kau tanam dalam bait bait heningmu


aku adalah rancu yang kau jepit dalam ketidakpastian
yang kau pendam dalam debar terjauh dari pertanyaan

aku adalah rancu yang kau kecup dalam diam
yang kau redam jauh dari debar dadamu




aku adalah pohon tua bersandar,
setia menyanyikan sajak sajak doa pada tuang langit,
yang tak kunjung hujan pun terang.

Senin, 07 Mei 2012

cerita langit

ini hanya cerita tentang langit yang membiru sendu,
di bawah mata mata awannya dia menahan genang rintik,
di bawah berkas mataharinya ia menyandiwarakan lengkung ceria,
di pelatarannya ia berlari bersama angin angin pembawa sendu melangkah jauh berlalu.

ini hanya cerita tentang langit yang mengabu kelabu,
pada awan awan hitam ia menggantungkan harapan,
pada gemuruh petir ia menyembunyikan perasaan,
pada rintik yang jatuh satu persatu ia menyanyikan dendang ketidakjelasan.

ini hanya cerita tentang langit yang memerah bergairah,
dalam semburat jingganya ia tersenyum merah jambu,
dalam kepulangan matahari ia menitipkan salam malu malu,
dalam kedatangan bulan samar ia menjemput rasa yang meragu.




ini hanya cerita tentang sepotong langit,
yang jatuh cinta pada tanah dalam payungannya.
yang tak terengkuh dalam peluk,
yang terjamah dalam pandang,

dan saling mendoakan dalam kejauhan.

Sabtu, 05 Mei 2012

kupu kupu pemalu


mataku mengepak jauh diluar ekspektasimu akan aku.
siap terbang mengitar garis senyummu,
berputar diatas gelombang rambutmu,
dan siap kau tangkap dengan rangkum pupil tajammu.




kupu kupuku tak berterbangan menyesaki perutku.
mereka mengepak liar melalui mataku.
kupu kupu pemalu yang berubah mencandu
pada aroma ragu tuan peragu.

mereka berpendar dalam kelopak mataku.
dengan sayap tajam yang lekat menatapmu.
kupu kupu pemalu yang bangun dari sendu.
terusik dalam sorot matamu yang menggantungi diamku.

Jumat, 04 Mei 2012

reuni patah hati


sendu mana yang kau pilih untuk kau obati,

suram mana yang kau pilih untuk kau bungkus rapi,


tuan pematah janji?

koma

aku tidak suka koma dengan ekor menggantung yang mengisi spasi diantara kita.
seperti kalimat yang tak ingin kau selesaikan,
kau ulur panjang lalu kau tancapkan kembali sebagai batas dalam jabat kita.

ini adalah kalimat yang tidak akan kau titikkan,
bersamaku.
hanya dimulai dengan kata yang bersautan dan berjejal tak teratur,
lalu kau gantung kembali dengan koma,
tanpa titik.

lalu aku menjadi baris kata yang tak ada akhir.
berdiri diantara spasi.


menunggu titik yang bersembunyi dalam jutaan koma, dalam panggung kita.

Kamis, 05 April 2012

setengah air dalam gelas kita





ada hal di semesta ini, yang tak semuanya harus selesai.

tak semuanya harus penuh.
tak semuanya harus utuh.
ada hal yang lebih baik kau simpan secukupnya,
tanganmu tak perlu penuh menggenggam,
hatimu tak perlu utuh hangat.
seperti lukisan yang tak semuanya penuh,
dengan beberapa putih disudut sudutnya.

ini hanya pilihan,
untuk tidak mengisi cangkir ini penuh.
melipat ambisi rapat.
menjaga debar tidak merusak bingar.

katakan ini adalah usaha menghindar resiko.

tidak,
ini hanya ingin untuk dibelakangmu, terus,
tidak untuk disampingmu, dan siap untuk tergerus.

Rabu, 28 Maret 2012

hura hura sendu

aku terlalu cepat tertidur pada dendangmu.
dendang yang mencumbui dengan cepat segala ketertarikanku pada seorang adam.
tanpa merupa sempurna.
hanya dengan obrolan panjang tanpa titik yang disengajakan alam.
atau mencandu hal serupa yang tak biasa dikuasa.
dan hal rumit yang tak semua terjemahi oleh akal.

hanya begitu sederhana.
seperti kesederhanaan pula debar merubah langit langit kosong berwarna.
dan sesederhana pula kanvas mata berbinar berubah gelap dan sendu.

dan sesederhana pula semua diputar memori cangkir kecil ini.
cangkir kecil yang menyimpan kenangan lusuh kita.
lalu kunamai ini hura hura sendu,
dengan irama suram dan rindu tak bernama.

Senin, 05 Maret 2012

sepenggal scene

pria dengan rusuk tercetak dari imajinasi,
dan rindu yang menggebu pada wanita dengan tengkuk yang terlalu lama dingin.

hadiah tuhan pada minggu pagi,
terbangun dengan debar hangat.
taukah kamu rasanya diberkati?
seperti dibangunkan dengan cium pada kelopak matamu.
dan rasa aman dan terjaga bahkan pada pejammu, saat matamu kau biarkan menutup dan semua terasa dalam peluk terlindung.
tidak ada yang perlu dicemaskan.
tidak perlu bibir penuh, maskara tebal, sepatu hak.
semua begitu menyenangkan, tanpa ragu, tanpa peduli rambutmu acak acakan atau wajahmu berminyak.
hanya merasa tenang, dan dunia tiba tiba diam.
terbangun dan sadar bahwa kita aman dalam peluk seorang.
merasakan nadi kita tak berdetak sendirian.
terbangun dengan perasaan diberkahi tuhan luar biasa.
mungkin karenamu.
tuan.
entah skenario mana yang tuhan jatuhkan pada lelapku.
dan keyakinan bahwa ini adalah salah satu scene tentangmu, kita.
tidak ada yang spesial.
hanya temu tak terencana.
percakapan membosankan.
hari hari monoton.
hingga pada satu titik, ada yang lebih membahagiakan pada rasa acuh yang meluntur; perasaan penuh dengan keyakinan bahwa apapun yang terjadi, kita merasa dicintai penuh, terlindungi utuh, tanpa pengecualian.
sericuh apapun dunia diluar, dan serancu apapun dunia dalam diri, senantiasa ada mata yang siap merangkum lelah, lengan yang terbuka lebar pada pesimistis hidup.


saya selalu percaya tuan tuan yang dikirim tuhan barang dalam pejam.
sebagai penghibur lelah dan penghangat lengan kedinginan,
penyandar lelah kehidupan,
yang suatu saat pasti dikirim tuhan,
seperti kamu dalam scene ini,
tuan masa depan.

Minggu, 04 Maret 2012

rindu

entah apa yang harus disalahkan dengan detik yang tidak bisa mundur,
tuan malam yang memutar memori ini lamban lamban, dan berhenti pada dua setangah tahun lalu.
bahwa pada satu tempat dan hidup yang berjalan cepat,
banyak yang masuk dan menyesak,
rindu yang menjadi,
entahlah,
momen bertegur sapa, bertukar tawa, atau bahkan hanya saling diam dan saling bersandar,
menghela nafas seolah waktu bukan hal mahal, menjadi mustahil seperti udara yang terlanjur dihirup tanpa bisa mengelak atau mengulang.



ingin sekedar makan mie ayam dan kehujanan bersama, jalan perlahan menuju spbu karna bensin habis, atau sekedar menertawakan hidup bersama pada suatu sore layaknya dulu.
sangat amat merindukan kalian, teman teman.

Kamis, 01 Maret 2012

tanpa judul

kamu.
semangkuk uap harum.
hangat.
berkonspirasi dengan hujan yang mengkombinasikan sempurna.
dengan bunyi rintik yang menghantam genting genting licin.
dan dingin yang merobek pori kulit.
kamu,
bukan kafein yang mencandu.
atau menabuh debar merah jambu.
mendobrak liar atau menghidup obsesi dengan judulmu.

entah.
semseta hanya berkuasa sebatas ini,
sebatas ayunan jaring yang menangkap lelah.
rebah yang menunggu lelah menyerah.

semua henti disana,
diantara simpang tatap tertahan, dan  binar yang meminta dirangkum peluk besar.


ah toh ini tidak akan lebih selain menjadi hujan,
yang menunggu jatuh dan terserap,
menunggu jatuh dan meretak,
menunggu harap telak,
pada kalian.

Rabu, 08 Februari 2012

hari 25: jalanan tua

Gelap selalu meniduriku dengan tak sopan,
membiarkanku mengering dingin menunggu hangat sapuan tuan matahari pagi.
Tapi aku tak pernah mengutuk gelap malam,
karna pagi selalu mengantar simpul senyum pada bibir kakuku.
Mengirim kamu.
Dan untuk itu aku tidak pernah lelah menghitung gonggong anjing malam,
yang menyalak menghitung mundur bangun mentari.
menunggui pagi kembali, menunggui kamu menoreh kuas merah jambu pada pipi kasarku lagi.

Mungkin kamu sama seperti pejalan kaki lain,
Hanya,
aku suka sepatu kets pudarmu,
kaos putihmu,
senyum lebarmu saat matahari mecium pipimu sedikit demi sedikit.

Mungkin kamu sama dengan pejalan kaki lain,
hanya,
aku suka mendengar nafasmu sepenggal sepenggal,
merasakan satu persatu tapakmu melahap jalanan tua ini.

Mungkin kamu sama halnya dengan pejalan kaki lain,
Hanya,
aku suka caramu melewati jalan ini perlahan,
mengisi setiap kosong bayanganku yang menimpa debu jalanan.

Mungkin kamu memang benar sama dengan pejalan kaki lain,
yang dikagumi aku,
sebatang pohon tua yang muluk muluk,
yang mencintaimu diam diam dari sela bebatanganku.

Senin, 06 Februari 2012

hari 24: hati tua yang berisik

alun gramaphone tua,
yang dendangnya aku hentak sampai pada labuh telingamu.
lalu telingamu mengantar hingga hilir kepalamu yang dingin.
yang lama beku pada tuju wanita di sudut itu.
biar kamu pecah berantakan seperti gadis merah dalam dadaku.
berhambur dan tercuil hingga keping terakhir yang terbungkus batu,
akan  memori aku kamu,

dan kamu harus tau akan aku,
yang selalu siap menyangkir kafein untuk kamu seduh,
dalam kalut.

Kamis, 02 Februari 2012

hari 20: bekas ruang dansa dan kita

aku meyilangkan kakiku dan duduk di lantai kayu yang mulai lapuk,
dengan papan catur berdebu dihadapanku,
dan cangkir teh yang mengering disampingku,
bercerita panjang lebar,
mengomel tentang pagiku yang buruk,
sambil sesekali melempar tatapan kesal padamu.
lalu tanpa jeda menceritakan guruku yang luar biasa menyebalkan,
dan tiba tiba tersenyum girang saat memberi tahumu tentang dress biru laut yang diberikan ibu sepulang sekolah tadi.
kamu hanya diam, dan menatapku yang tidak berhenti bicara.
katamu, aku satu satunya perempuan tercerewet yang kamu kenal.
dan aku membalasmu dengan berkata bahwa kamu adalah pria pendengar yang paling baik yang aku kenal.
kamu tersenyum dan mencuri pandang dari celah pupilmu.
aku malah sibuk menunjukkan kuku kuku merah jambuku yang masih bau cat padamu.

sudah setahun ini, aku selalu menyempatkan datang ke gudang kosong ini tiap senja.
bukan gudang sebenarnya, sebuah ruang kosong bekas ruang dansa yang dijadikan gudang.
lalu aku dan kamu yang saat itu sedang bersepeda melewati ujung jalan ini, sama sama sepakat, untuk menjadikan bekas ruang dansa ini tempat kita.
masih ingat kan saat aku dan kamu seharian penuh membersihkan ruang ini dari debu dan sarang laba laba?
pulangnya aku dimarahi habis habisan oleh ayah karna tidak mengabarinya, dan kamu membelaku penuh hingga ayah iba dan justru menyuruhku segera makan dan tidur karna kelelahan.
lalu tiada senja yang terlewat selain percakapan kita berdua disini.
terkadang hanya saling diam sambil memainkan pion catur.
atau sama sama menyesap kopi panas dan menunggu hujan reda untuk kembali ke rumah.
dan ruang ini tidak pernah berubah dari hangat senyummu, tempat paling damai selain kamarku.
kamu, pria kedua yang paling menyenangkan untuk sama sama membunuh waktu selain kakekku.
dan sanggup membuatku jatuh hati hanya dengan senyum atau tepuk lembutmu saat mendengar ceritaku.

aku mengeratkan jaket yang menutupi tubuhku,
tersenyum dan menggerakkan pion caturku,
"ayo.. giliranmu sekarang." 
aku menunggumu menggerakkan pionmu,
pion yang tidak benar benar bergerak,
dan tiga bulan ini berdiri dingin berdebu,
selain kamu kembali dan duduk bersamaku lagi di papan kayu ini.
aku mulai tak sabaran,
"ayo jalankan pion caturmu, aku akan mengalahkanmu lagi loh sore ini."



aku menunggumu seperti kamu akan pulang,
dan mendoakanmu jatuh hanya untuk membuatmu ingat,
aku di depan papan catur berdebu ini siap berdiam dan ganti mendengar keluhmu, lelaki.


hari 20: bekas ruang dansa dan kita

aku meyilangkan kakiku dan duduk di lantai kayu yang mulai lapuk,
dengan papan catur berdebu dihadapanku,
dan cangkir teh yang mengering disampingku,
bercerita panjang lebar,
mengomel tentang pagiku yang buruk,
sambil sesekali melempar tatapan kesal padamu.
lalu tanpa jeda menceritakan guruku yang luar biasa menyebalkan,
dan tiba tiba tersenyum girang saat memberi tahumu tentang dress biru laut yang diberikan ibu sepulang sekolah tadi.
kamu hanya diam, dan menatapku yang tidak berhenti bicara.
katamu, aku satu satunya perempuan tercerewet yang kamu kenal.
dan aku membalasmu dengan berkata bahwa kamu adalah pria pendengar yang paling baik yang aku kenal.
kamu tersenyum dan mencuri pandang dari celah pupilmu.
aku malah sibuk menunjukkan kuku kuku merah jambuku yang masih bau cat padamu.

sudah setahun ini, aku selalu menyempatkan datang ke gudang kosong ini tiap senja.
bukan gudang sebenarnya, sebuah ruang kosong bekas ruang dansa yang dijadikan gudang.
lalu aku dan kamu yang saat itu sedang bersepeda melewati ujung jalan ini, sama sama sepakat, untuk menjadikan bekas ruang dansa ini tempat kita.
masih ingat kan saat aku dan kamu seharian penuh membersihkan ruang ini dari debu dan sarang laba laba?
pulangnya aku dimarahi habis habisan oleh ayah karna tidak mengabarinya, dan kamu membelaku penuh hingga ayah iba dan justru menyuruhku segera makan dan tidur karna kelelahan.
lalu tiada senja yang terlewat selain percakapan kita berdua disini.
terkadang hanya saling diam sambil memainkan pion catur.
atau sama sama menyesap kopi panas dan menunggu hujan reda untuk kembali ke rumah.
dan ruang ini tidak pernah berubah dari hangat senyummu, tempat paling damai selain kamarku.
kamu, pria kedua yang paling menyenangkan untuk sama sama membunuh waktu selain kakekku.
dan sanggup membuatku jatuh hati hanya dengan senyum atau tepuk lembutmu saat mendengar ceritaku.

aku mengeratkan jaket yang menutupi tubuhku,
tersenyum dan menggerakkan pion caturku,
"ayo.. giliranmu sekarang." 
aku menunggumu menggerakkan pionmu,
pion yang tidak benar benar bergerak,
dan tiga bulan ini berdiri dingin berdebu,
selain kamu kembali dan duduk bersamaku lagi di papan kayu ini.
aku mulai tak sabaran,
"ayo jalankan pion caturmu, aku akan mengalahkanmu lagi loh sore ini."

aku menunggumu seperti kamu akan pulang,
dan mendoakanmu jatuh hanya untuk membuatmu ingat,
aku di depan papan catur berdebu ini siap berdiam dan ganti mendengar keluhmu, lelaki.


Selasa, 31 Januari 2012

hari 19: untuk lelaki tampan yang diguguri bunga

sore ini aku melewati gedung besar yang sedang dibangun ulang menjadi sebuah hotel,
kamu masih ingat kan gedung apa itu?
iya, mall kecil yang sering kita kunjungi dulu.
masih ingat kan, hampir setiap akhir pekan, aku selalu cemberut dan minta ditemani jalan jalan,
lalu kamu membawaku ke mall untuk sekedar berjalan jalan, atau main di tempat hiburan.
iya, kali ini aku janji tidak akan membawamu naik lift lagi, aku tau kamu bahkan lebih suka berputar putar naik eskalator bahkan tangga darurat.

kamu menggandeng tanganku saat kita mulai memasuki taman hiburan,
lalu kamu membiarkan aku bermain apapun,
sedangkan kamu lebih suka menunggu di kursi panjang sambil memandangiku.
hingga pada akhirnya aku akan merengek menarikmu untuk membantuku bermain pump, meskipun dengan paksaan, toh akhirnya kamu ikut asik bermain pump bersamaku, tertawa bersama kegirangan.
lalu kita akan sama sama lupa pulang hingga mama menelfon, mengingatkan bahwa hari sudah petang.
ah, kita memang bandel, setelah keluar dari parkiran, toh kita tidak melewati jalan menuju rumah,
kita berputar putar dulu dengan mobilmu, untuk sekedar mencari tukang jagung manis kesukaanmu dipinggir jalan.
tertawa gembira disepanjang jalan, dengan jendela mobil yang dibuka lebar lebar.
lalu karna kelelahan aku tertidur hingga tiba di rumah.

masih ingat dua tahun lalu? saat aku kelaparan tengah malam, bahkan saat kamu sudah bersiap tidur, dengan sedan hitammu kita menembus gelapnya jalanan dan sibuk mencari tukang nasi goreng yang masih buka, lalu makan bersama dipinggir jalan hingga kekenyangan dan justru malas pulang.
atau ingatkah kamu ketika aku dengan bangganya menunjukkan kamera baruku? dan kamu tersenyum senang dan minta difoto saat itu juga.
atau hadiah hadiah kecil saat kita bertemu? kamu yang selalu beranggapan bahwa berapapun usiaku aku tetaplah anak kecil yang girang jika diberi coklat batangan.
bagaimana dengan jogging pagi kita?
atau saat kita menyuci mobil bersama?
ah...


ini sudah setahun lebih kita tidak bertemu.
maafkan aku yang jarang menelfon, kala itu.
bahkan mengirim hasil foto fotoku saat kau minta.
bahkan untuk sekedar mengabarimu, tentang kegiatanku.
surat ini kutulis untukmu,
sekedar membayar hutangku untuk mengabarimu, bahwa aku luar biasa baik sekarang.
aku harap kamu tersenyum senang membaca surat ini saat tiba ditanganmu, lelaki tampan dan tergagah yang pernah aku jumpai.
surat ini aku tulis atas rinduku yang tak akan terbayar bahkan untuk sebuah temu,
pada lelaki tua yang selalu ada dalam hatiku,
yang terbujur kaku diantara tanah dingin dan jatuh bunga kamboja pemakaman.

dengan air menggenang pada pejam mata, dan setumpuk rindu yang terus menumpuk, teruntuk yangkung soekamto, di surga.

Senin, 30 Januari 2012

hari 18: pintu kayu kamarmu

Kamu sudah bangun?
Atau masih sembunyi di dalam selimut menunggu ketuk jariku pada pintu kamarmu?
Ketuk setiap pukul tujuh pagi,
ketuk ribut yang membuatmu menggerutu dan dengan mata mengantuk dan rambut acak acakan membuka kunci pintumu,
dan aku selalu tertawa melihatmu mengomel dan kembali tidur di kasur,
ya, kamu selalu menyebalkan setiap pagi,
tapi manis luar biasa setelahnya.

Aku masih menyusuri jalan menuju tempat tinggalmu.
Mampir membeli roti roti panas, meletakkannya dalam keranjang dan melanjutkan perjalanan.
Aku harap kamu sudah rapi sekarang, dengan kemeja flanelmu, membukakan pintu bahkan sebelum aku mengetuk, lalu kamu mengomel bahwa sudah menungguku lama; seperti apa yang kuucapkan tiap pagi.
Menaiki tangga hijau, dan taman bunga kecil, lalu menyusuri lorong menuju kamarmu.
"Tok..Tok"

Ah, mana mungkin yang aku bayangkan benar, aku benar benar tau kamu tidak akan bangun pagi tanpa ada yang membangunkan.
Entahlah, terkadang aku lebih suka menggaggu tidurmu dengan terus terusan mengetuk pintumu hingga sepuluh menit ke depan, ah tapi sudahlah, aku mau kamu terkejut melihatku tidak menyebalkan pada pagimu, aku akan duduk di meja kayu di sudut ruangan, menyusun roti roti ini, membuat kopi kesukaan kita, dan duduk menunggu hingga kamu terbangun.
Ah bahkan pipiku sudah bersampul merah jambu seperti dress bunga yang aku kenakan.

Aku merogoh kunci dari sakuku.
Kunci yang setelah bertahun tahun ini akhirnya kau serahkan padaku,
yang membuatku luar biasa girang,
bukankah kamu menyuruhku menaiki satu tangga lebih dekat padamu?
masuk dalam kehidupanmu?

Aku membuka pintumu,
masih berantakan seperti setiap pagi yang aku tahu,
hanya........... tidak ada kamu,
tidak ada lelaki tinggi dengan rambut ikal acak acakan meringkuk diatas kasur.
aku berkeliling dan tidak ada tanda tanda keberadaanmu.
hanya secarik kertas coklat yang ditempelkan di kulkas dengan hiasan berbentuk cemara,
"aku ada urusan"
hanya tiga kata.
dan aku tahu tidak ada yang seperti ini selama bulan bulan belakangan.
aku menyusun roti, dan membuat kopi seperti akan ada sarapan bersama layaknya setiap pagi.
lalu keluar, mengunci kamarmu, dan pulang dengan hati menunggu esok pagi.
dan esok adalah pintu yang terkunci untukku.
nyata yang menuntut sekeranjang ikhlas bahwa pintu ini yang membatasi kita.
aku memutar kunciku berkali kali dan pintu tidak juga terbuka.
ketukku hingga lima belas menit tidak mungkin tidak membangunkanmu.
dan seminggu berlalu, dengan sekeranjang roti yang ku taruh di depan pintu kamarmu menjelaskan semuanya.
bahwa tak selamanya, lelaki menyuruhmu benar benar masuk, bahkan saat ia menyerahkan kunci hidupnya di genggam tanganmu. kamu tidak pernah membuka pintu lagi.
bahkan untuk hati yang terlanjur jatuh, sedari kita masih sama sama duduk di bangku sekolah dasar.
tanpa penjelasan



untuk cinta masa kecil, yang tak lagi kecil lagi,
berubah besar, dan menyakitkan.

Minggu, 29 Januari 2012

hari 17: Quando Quando Quando

Tuan,
Tanyakan pada telingaku seberapa lelah ia mendengar alun ini,

Tell me when will you be mine,
Tell me quando quando quando...


Tanyakan pada hatiku, seberapa yakin aku akan bertemu tuan pada suatu rencana Tuhan yang entah kapan

Tanyakan pada komitmenku, untuk menunggu tuan, dan hingga saatnya menghapus lagu ini, saat aku benar benar milik tuan,
tanpa menunggu,

Tuan Masa Depan.


(Quando Quando Quando - Michael Bubble ft. Nelly Furtado is now playing)

hari 16: Surat Pagi yang Tidak Pernah Terkirim

hai,
selamat pagi, selamat senin,
ini masih belum genap pukul setengah tujuh,
apakah kamu sudah sampai di parkiran sekolah?
ya, kamu satu satunya laki laki terrajin yang pernah aku temui,
lebih rajin daripada aku,
hahaha ya bahkan sebenarnya aku tidak rajin sama sekali.
semenjak sebuah hari aku mengenalmu,
kamu selalu membuatku repot setiap pagi,
terburu buru sarapan dan berangkat sekolah hanya untuk bertemu kamu di parkiran, membuat percakapan kecil yang selalu gagal.
ah, sudahlah, lalu sedang apa kamu sekarang?
sudah mulai menyebrang menuju sekolah?
berjalanlah dulu ke kelasmu,
letakkan tasmu, barulah pergi menuju kantin untuk memesan sarapan favoritmu,
tidak usah terburu buru, toh ini masih terlalu dini untuk mendengar bel masuk kelas.
di kelas nanti, cobalah untuk bersemangat sedikit hingga jam pulang usai.
jangan terlalu lama berdiam di sekolah,
ya sebenarnya kamu tidak pernah berlama lama,
baru saja aku berjalan ke parkiran untuk pulang,
mobilmu sudah lenyap entah kemana.
Pulanglah dahulu ke rumah,
jangan langsung menuju tempat favoritmu di ujung kota,
tempat yang hanya aku ketahui namanya,
dan tidak pernah berhenti membuatku penasaran atas tulisanmu yang berkali kali muncul di linimasamu tentang sebuah tempat yang paling damai dari kebisingan tempat ini.
jangan pulang terlalu larut, dan ketahuilah dan camkan, setiap malam sebelum kamu tertidur: kamu tidak harus selamanya merasa sendiri, banyak orang yang menaruh perhatian untukmu, tanpa harus kamu berjalan sendiri, mendobrak kehidupan yang keras dengan cita citamu yang besar itu.

pujilah dirimu karna membuatku menjadi stalker yang hebat atas dirimu.
lalu apa yang harus ku ketahui lagi tentangmu?
kamu suka lagu 'keras' meskipun kamu sering mellow?
kamu masih membutuhkan perhatian dari perempuanmu yang lalu? yang paling mengerti kamu dalam hidupmu yang sepi?

kamu sukses membuatku mengetahui semuanya tentangmu,
bahkan tanpa percakapan yang pernah muncul diantara kita.
dan tidak akan pernah ada percakapan, kecuali pada suatu masa kelak, kita bertemu sebagai orang yang pura pura tidak kenal sebelumnya, memulai semuanya seperti aku tidak tau satupun tentangmu.
kelak.
seperti yang aku selalu yakini,
kita pasti akan bertemu.
dan saat kita bertemu,
aku yakin kamu sudah menjadi orang besar yang hebat.
mulailah perkenalan seperti aku tidak tahu menahu apapun.
mulailah percakapan seperti aku tidak pernah menginginkannya.
lalu ajaklah aku berpurtar putar menyusuri jalanan kota lama,
tidak usah dengan mobil mewahmu,
ajaklah mobil antikmu mengantar kita di bawah lampu lampu jalanan,
lalu berhentikanlah mobilmu diujung kota,
di tempat terdamai yang selalu mengusik rasa penasaranku,
duduklah kita beberapa saat,
dengan kafein di tangan masing masing,
pancinglah aku, untuk menceritakan lebih jauh semua yang aku ketahui tentangmu, lelaki.


*diiringi alun The Stalker - Adhitia Sofyan*

Jumat, 27 Januari 2012

hari 15: big brother complex

hampir tiga minggu dan saya sangat menikmati ini,
ya sebenarnya tidak benar benar nikmat, tiga minggu ini berat,
tapi bukankah karna berat itu tugas kita menikmatinya semakin kuat?
dan saya sedang melakukannya.
maafkan kalau surat surat saya tahun ini lebih banyak menceritakan tentang mutasi dan kehidupan baru disini, saya hanya merasa saya harus mengurangi tekanannya dengan menumpahkannnya sebagian pada layar kosong ini.
berbagi itu membuat beberapa menjadi ringan bukan?
dan alasan selanjutnya adalah, saya rasa hidup saya pantas saya kirimi surat cinta bahkan berpuluh puluh kali, karena ia sudah bekerja begitu luar biasa akhir akhir ini.

dan hidup sendiri -meskipun ada mami (nenek)-disini membuat saya harus bermetamorfosis seperti baja, menangkal semuanya sendirian, maju ke depan dan menghalau semuanya dengan tangan sendiri.
dan di beberapa keterbatasan, saya merasa saya mulai mengidap big brother complex.
toh sekuat kuatnya saya berdiri dengan kaki saya sendiri, ada beberapa hal yang tuhan tidak menginginkan saya turun langsung menghadapinya. memang keterbatasanlah yang hanya bisa mengunci kita untuk tidak lari menjadi angkuh sendiri kan, bahwa kita masih membutuhkan orang lain, se-survive apapun kita.

I'm so lucky to have u.
iya, ini bukan surat cinta yang harus kamu baca sambil bersimpul merah jambu di ujung ujung pipimu.
ini hanya surat terima kasih, sebesar besarnya, atas kerepotan dan keberisikan yang menggaduhkan hidupmu. kamu boleh GR saat membaca surat ini, karna saya tau kamu akan mampir mengunjungi blog saya untuk membaca baca, dan kali ini surat yang kamu baca untukmu, benar benar untukmu dengan rasa terima kasih yang besar.
mungkin keningmu berkerut saat membaca barisan tulisan ini, mungkin agak berlebihan, dan aka ada tawa mengejek bagaimana saya bisa begitu manis menulis surat terima kasih ini untukmu.
tapi ini kenyataannya, saya tidak bisa menghandle semua urusan disini sendirian, pun hanya untuk sekedar bertanya tanya, terima kasih untuk tetap disana, dan menjadi kepercayaan mama.
kita akan selalu menjadi teman yang baik.

dari temanmu yang berisik dan super cerewet.

Selasa, 24 Januari 2012

hari 11: sekeranjang rindu, pekanbaru

untuk yang memayungiku dan menahan pijakku, dua setengah tahun kemarin.

ini memasuki sebulan aku keluar dari atmosfer bersahabatmu, pekanbaru.
terlalu banyak cerita yang tertulis dalam bentang jalanmu, tinggi gedung dan megah langit berasapmu, tentangku, tentang hidupku beberapa tahun dalam lingkupmu.
terlalu banyak tawa yang menggema disudut sudut jalan, peluk hangat yang membayang dibawah lampu lampu jalan, dan senyum mengembang teman teman tersayang yang terlalu banyak bahkan untuk kusimpan dalam memo otakku.
nyaman, dan seperti yang waktu yang telah berjalan, aku tidak akan berlama lama disini,
kaki ini harus terus berjalan, seiring waktu yang terus berkurang,
kakiku harus segera melangkah, dari erat zona nyamanmu, melanjutkan hidup di tempat tempat luar biasa lainnya, memulai tawa baru, senyum baru, dan semangat baru.
bukankah kenyamanan itu bisa terkadang menenggelamkan kita dalam kemonotonan?
aku menikmati hidupku,
berpindah pindah, dan terus belajar,
memulai dan memulai,
lalu mengakhirinya dengan perpisahan manis.
terima kasih, atas dua setengah tahun yang menyenangkan,
kamu dan atmosfermu yang selalu kurindukan.

Kamis, 19 Januari 2012

hari 6: dialog imajiner

kata seorang teman yang membaca tulisan tulisan ku,

"dilihat dari tulisanmu, kayanya ada sepotong hati yang ketinggalan ya disana?"

celetukan bercandaan yang diikuti tawa kecil.

ah, pertanyaan yang juga spontan aku jawab ngelantur.
diikuti diam.

diam yang panjang, lalu dialog dengan diri sendiri.
memungut jujur yang bersembunyi terlalu jauh dalam badanku.
entah mengapa, ego dan pencitraan yang selalu menekannya semakin jauh mengisi tepi tepi tak terjangkau dari hatiku.
jujur yang semakin tak terdengar, dan tak terbaca dengan kepekaan yang menipis,
lalu setelah dialog lama ini ia perlahan lahan keluar,
jujur menceritakan hati yang lama tak kusapa dengan obrolan seperti ini,
ah sepertinya aku mulai menjadi pemilik raga yang sombong,
ia duduk dan menyeruput teh melatinya,
mulai bercerita dengan aku yang menatapnya tak sabaran,
lalu yang terdengar hanya helaan nafas,
bukan jawaban yang aku harapkan dari perbincangaan ini,
lalu ia menatap dalam, dan aku gelisah sambil mengalihkan gugup dengan mempererat cengkramku pada cangkir keramik putih dipangkuanku,
meminum kafein yang hampir habis di cangkirku,
"coba pejamkan matamu, istirahatkan otakmu, kamu terlalu serius belakangan ini, hingga tak pernah lagi mau mendengar suaraku."
mataku memejam,
mengikuti jujur yang memulai ceritanya, cerita yang tak pernah (sempat) aku dengar.


lama dan lalu ia beranjak pergi dari duduknya,
hilang begitu saja menyisakan aku yang mulai membuka mata.



ah,
mungkin memang ada hati yang tertinggal disana,
di pekanbaru atau di solo atau entah dimana,
ada hati yang perlu dibereskan,
diangkut bersama kardus kardus barangku kesini,
ke kota baru,
memulai hari baru dengan hati yang baru.

Rabu, 18 Januari 2012

hari 5: pendewasaan tuhan, pada kita

berterima kasihlah karna tujuan alamat surat ini untukmu,
untuk ke dua kalinya.
akan selalu ada surat untukmu di setiap tahun #30harimenulissuratcinta
dan yakinlah, tidak ada yang perlu kamu banggakan atas surat ini yang datang lagi kepadamu.

ini bukan surat cinta, percayalah.
ini hanya segenggam terima kasih, dan sedikit demi sedikit hati yang meluruh maaf karna waktu.
bagaimanapun, kamu pernah menjadi pendewasaku yang dikirim tuhan.
dan kita tidak bisa memilih selain menjalankan garis ini sampai dimana kita lelah dan berhenti.

aku tidak akan memenuhi surat ini dengan nostalgia akan kita,
toh bukan itu tujuan surat ini ku kirim untukmu,
aku hanya ingin memberikan sedikit kelegaan pada hidupmu,
bahwa tuan waktu telah menjatuhkan sedikit amarah dan mengalirkan pengampunan untukmu,
pengampunan yang meringankan, pun untuk hidupku,
hidup terasa lebih berat saat karat karat amarah hati masih mengandap bukan?
dan hidup harus terus berjalan dengan ujian ujian tuhan yang terus bergerak maju,
menyerangku untuk melewatinya,
dan ku anggap masalah lalu juga tanjakan tuhan untuk mendekatkan ku padanya,
dan aku berhasil melewatinya.
pendewasaan bisa datang darimana saja,
pun dari seorang adam tak terduga yang menoreh brengsek yang dalam untuk hidupku.
terimalah kelegaan perbuatanmu,
kamu ku ampuni,
sedikit demi sedikit,
untuk keringanan masa depan yang terus merangkul kita meninggalkan lalu sebagai pelajaran dariNya.

nb:
mungkin surat ini akan terbaca emosional untuk selain kamu,
dan tuhan, dan kita yang mengetahui.

Selasa, 17 Januari 2012

hari 4 : ke-sok tau-an mengenai hidup

teruntuk akun bernamakan rahneputri,
ini selembar kertas 'maya' yang harus aku penuhi dengan surat cinta bertujukan selebtweet.
lalu begitu saja saya ingin mengalamatkannya untukmu,
menulis namamu disampul surat ini, dengan prangko bergambar burung merak disudut kanannya.
salam kenal, dariku.
mungkin surat ini terkesan sok akrab, karna bahkan kita tidak betul betul saling mengenal,
hanya aku yang berada pada salah satu baris followersmu, dari sekian ribu orang yang mengikuti baris kata mayamu.
anggaplah ini sebuah sok kenal dari saya, tashafairus.

ini adalah surat cinta yang gagal.
karna kenyataannya saya hanya ingin menulis isi pikiran saya, dan ingin saya tunjukkan untukmu.

saya ingin menikmati hidup, seperti sekilas linimasamu yang saya ikuti.
rahneputri yang enjoy dengan kehidupannya, ditengah berbagai beban.
ah, beban memang selalu mengikuti mahluk mahluk tuhan, karna kita tercipta sebagai pendaki gunung bukan,
memecah batuan demi batuan masalah, untuk menjadi pijakan yang mengangkat kita lebih tinggi menuju puncak, menuju puncak dakian kesuksesan yang tidak terbayangkan.
kesuksesan juga tak melulu karir.
toh hidup ini punya banyak gunung batu kesuksesan yang siap didaki.
kesuksesan hidup, kesuksesan menikmati hidup sebagai ciptaan tuhan yang sempurna.
seperti yang sedari kecil guru guru berkata bahwa sesuatu yang dikerjakan bersama akan terasa lebih ringan.
mungkin juga hidup. dalam memecah tiap batuan masalah untuk tangga pijakan jari jari kita menuju kesuksesan hidup, bukankah tuhan menciptakan manusia berpasangan, hanya saja dua keping puzzle ini diacak tuhan untuk kita nikmati pencarian masing masingnya.
hanya dalam jalan menuju kepingan puzzle, tentu banyak keping keping palsu yang diletakkan tuhan sebagai ujian kejelian kita. ujian ketajaman naluri kita.
saya single.
atas pilihan dan keputusan saya.
sampai kaki ini berhenti pada keping puzzle pasanganku.
dan saya menikmati permainan tuhan ini.
meski dalam persimpangannya banyak keping keping tipuan,
ini pilihanku untuk mendekatkan tepi tepiku mengukur kesesuaian lengkung kami,
atau hanya acuh dan mengandalkan naluri untuk tetap ke depan.
hidup terus berjalan, seiring tapak kaki ini tiap detiknya mungkin semakin dekat dengan keping yang hilang.

saya single dan menikmati hidup, menikmati setiap liku dan gegap gempita skenario tuhan,
dengan jalannya sendiri memecah batuan kesuksesan, sampai ada sepasang tangan titipan tuhan yang membantu menapak gunung keberhasilan hidup ini.


semoga saya semenikmati kehidupan layaknya kamu, rahneputri.

Senin, 16 Januari 2012

hari 3: tamat

kepada lelaki dengan kepala besar dan hati yang terlalu kecil tidak proposional.

mungkin seharusnya ini menjadi surat terpanjang dengan seri lanjutan pada surat surat berikutnya.
karena sepertinya jari dan otakku terlalu bersemangat menceritakanmu yang tak pernah tamat.
selalu ada sudut yang bisa aku salahkan dari jejak tapak kakimu, gerak tanganmu ataupun buih otakmu.
selalu ada celah yang bisa aku buat karangan aksara tentang betapa rumitnya menyikapimu.
tak peduli waktu bahkan sudah mengabukanmu berdebu disudut jam pasirku, toh kamu masih sering usil merayap masuk kembali kedalam rongga otakku dan memainkan peran semaumu.

tapi sayangnya tuhan berpihak padaku.
mungkin ia pun bosan melihat kakiku yang masih sibuk berputar dalam lalu.
entah bagaimana, aku memutuskan untuk berhenti menulismu.
berhenti bermain di taman waktu yang membawaku ikut berdebu.
mungkin langkahmu kecil, tapi aku sudah berjanji pada baris aksara hitam di depanku,
tidak akan ada lagi susunan huruf ini melarutkan aku padamu,
bagaimanapun caranya,
bagaimanapun usahanya,

terima kasih, atas sikap kecilmu yang membekukan jari untuk berhenti memainkan aksara untukmu.
tertanda, aku.